Gaya Kepemimpinan Niccolo Machiavelli
Ujian Akhir Psikologi Sosial 2
Semester Ganjil Tahun 2022/2023
Dosen Pengampu: Arundati Shinta
Laela Septiyani (2021011074)
Machiavelli dilahirkan di Florence tahun 1469 dari
keluarga bangsawan yang termansyur. Ayahnya adalah seorang pengacara yang
terkadang menangani urusan publik di negara-negara Florence. Tidak banyak yang
diketahui tentang pendidikan Niccolo, tetapi dari kehidupan dan pengetahuan
yang ditunjukkan dalam tulisannya bisa diduga bahwa ia memperoleh pendidikan
liberal yang biasanya diberikan kepada
anggota kelasnya. Pada tahun 1498 ia ditunjuk sebagai Sekretaris Utama Republik
Florentine, yang dijalaninya selama empat belas tahun. Tugas yang dipikulnya
ini memberinya kesempatan untuk melihat manajemen intern negara dan masalah
luar negeri.
Seorang pemimpin haruslah bersiap menghadapi dua
ancaman yg akan mengganggu stabilitas negaranya. Salah satunya adalah rakyat.
Pemimpin sebisa mungkin harus menjaga perasaan rakyatnya. Jika tidak,
bersiaplah menghadapi rakyat sendiri sebagai musuh. Lalu yg kedua,adalah
ancaman dari negara luar. Untuk menghadapi ancaman ini, tentu diperlukan
tentara. Dan tentara itu haruslah tentara yg murni dari negeri sendiri, atau
bahasa kasarnya, pribumi.
Demi terciptanya keutuhan dan keseimbangan makan Persatuan
dan ketertiban harus diperjuangkan dengan cara apa pun, dan cara kekerasan dan
pembantaian termasuk cara yg paling diperbolehkan dalam hal ini.jika kondisi
sudah tertib dan bersatu, maka cara kekerasan dan pembantaian disarankan untuk
dihindiari oleh pemimpin. Machiavelli menekankan di atas segala-galanya yang
terpenting adalah suatu negara mesti dipersenjatai dengan baik. Beliau
berpendapat, hanya tentara pribumi saja yang benar-benar dapat dipercaya.
Sementara, jika menggantungkan kekuatan pada tentara bayaran, hal itu justru
dapat memperlemah negara dan membahayakan negara.
Machiavelli menasihatkan para pemimpin agar mendapat
dukungan penduduk, karena kalau tidak, dia tidak punya sumber menghadapi
kesulitan. Tentu, Machiavelli maklum bahwa kadangkala seorang penguasa baru,
untuk memperkokoh kekuasaannya, harus berbuat sesuatu untuk mengamankan
kekuasaannya, terpaksa berbuat yang tidak menyenangkan warganya. Dia
mengusulkan, si penguasa mesti mengatur langkah kekejaman sekaligus sehingga
tidak perlu mereka (rakyat) alami tiap hari penderitaan yang datang terus
menerus sehingga rakyat akan melupakan rasa menderitanya itu pada esoknya.
Machiavelli menyarankan, agar kepemimpinannya
langgeng, seorang pemimpin harus dikelilingi oleh menteri-menteri yang mampu
dan setia. Beliau melarang keras kepada para pemimpin untuk mendekati para
penjilat dan minta pendapat apa yg seharusnya dilakukan. Baginya, hal itu akan
menjerumus pemimpin mengambil langkah yg salah.
Machiavelli memperbincangkan apakah seorang Pangeran
itu lebih baik dibenci atau dicintai. Kemudian Machiavelli berpendapat: "Jawabannya
ialah seorang pemimpin selayaknya bisa ditakuti dan dicintai sekaligus. Tetapi,
jika tidak mampu mendapatkan keduanya, lebih baik ditakuti daripada dicintai.
Sebabnya, cinta itu diikat oleh kewajiban yang membuat seseorang mementingkan
dirinya sendiri, dan ikatan itu akan putus apabila berhadapan dengan
kepentingannya. Tetapi, ketakutan didorong oleh kecemasan dijatuhi hukuman"
Itu diKarenakan rasa takut sungguh cocok dengan tidak adanya rasa benci. Seandainya memang ada alasan untuk menghukum seseorang, ini harus dilakukan hanya kalau ada pembenaran yang wajar dan alasan jelas untuk melakukan hal tersebut. Tetapi lebih-lebih raja harus menjauhkan diri dari harta milik orang lain, karena orang lebih mudah melupakan kematian leluhurnya daripada kehilangan warisan leluhurnya. Memang selalu ada alasan untuk merampas harta seseorang, tetapi seorang raja yang mulai hidup dengan merampok selalu ingin berusaha merebut harta milik orang lain. Sebaliknya, alasan untuk menghukum seseorang lebih sulit ditemukan dan alasan-alasan itupun tidak mudah mendapat dukungan. Karena orang harus bersikap seperti rubah yg cerdik untuk mengetahui adanya perangkap, dan seperti singa yg menakutkan untuk menakuti srigala. Mereka yang hanya ingin bersikap seperti singa adalah bodoh. Sehingga seorang penguasa yang bijaksana tidak harus memegang janji kalau dengan demikian ia akan merugikan diri sendiri. Pemimpin haruslah menepati janji yg berhubungan dengan kepentingannya.
Dalam hal ini, Machiavelli berkata, "Seorang penguasa yang cermat tidak harus
memegang kepercayaannya jika pekerjaan itu berlawanan dengan
kepentingannya.". Dia menambahkan, "Karena tidak ada dasar resmi yang
menyalahkan seorang Pangeran yang minta maaf karena dia tidak memenuhi
janjinya,"
Maka dari itu, seorang pemimpin (raja) tidak perlu memiliki
semua sifat baik yang disebutkan diatas, tetapi ia tentu saja harus bersikap
seakan-akan memilikinya. Itulah kunci absolutisme suatu kekuasaan.
Sumber:
http://id.shvoong.com/books/1697554-il-prince/
http://iyebraa.blogspot.com/2007/10/...ntuk-para.html
http://media.isnet.org/iptek/100/Machiavelli.html
Daftar Pustaka
D‟ Richie, Faisal. Pemikiran Machiavelli tentang
Politik dan Kekuasaan. Pemikiran_
Machiavelli_
tenntang politik dan kekuasaan.
Benedanto, Pax. Et al (2015). Politik Kekuasaan
menurut NICCOLO MACHIAVELLI.
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
0 Comments