Ujian
Akhir Psikologi Sosial 2 Semester Ganjil Tahun 2022/2023
Dosen
Pengampu: Arundati Shinta.
Muhammad
Angga Pratama Putra (2021011101)
Machiavelli (2008) menyebutÂkan bahwa
sebuah negara harusnya menjadi negara yang bijak dan stabil. Oleh karenanya,
segala tindakan untuk melindungi negara dan memper tahankan kekuasaan,
bagaimanapun bentuknya, hal tersebut dapat saja dibenarkan (the end
justifies the means). Pemikiran ini kemudian dianggap sebagai pembenaran
bagi penguasa untuk menghalalkan segala cara. Jika pemikir-pemikir politik
sebelumnya selalu melibatkan moralitas dan agaÂma, serta mementingkan cara sama
pentingnya dengan tujuan, Machiavelli berlepas dari itu semua. Dulu,
penguasa-penguasa yang tiranik, despotik, dan korup ‘dihakimi’ oleh pemikir
klasik dan Kristen karena melakukan hal-hal jahat tersebut, namun hal tersebut
mendapat pembenaran dari peÂmikiran Machiavelli ini. Tetapi hal ini karena
semata-mata bagi MachiavelÂli, kata ‘virtu’ (kebajikan) tidak ada kaitan
dengan etis sama sekali, namun merupakan istilah bagi penguasa yang pandai dan
lihai menggunakan seÂgala kekuatan dan keahliannya untuk mencapai tujuan
(Schmandt, 2015).
Oleh karenanya,
segala tindakan untuk melindungi negara dan memper tahankan kekuasaan,
bagaimanapun bentuknya, hal tersebut dapat saja dibenarkan (the end justifies
the means) dulu, penguasa-penguasa yang tiranik, despotik, dan korup ‘dihakimi’
oleh pemikir klasik dan Kristen karena melakukan hal-hal jahat tersebut, namun
hal tersebut mendapat pembenaran dari pemikiran Machiavelli ini.
Gaya
Kepemimpinan Machiavelli dalam berpolitik
Jika kondisi
negara bergejolak disebabkan keluarnya kubu oposisi yang berusaha merongrong
kekuasaan oleh Pemimpin, maka oleh pemimpin dapat memberlakukan status darurat
perang dan aturan-aturan peperangan.
berasal klasifikasi tentang empiris politik Machiavelli tren kedua, sebenarnya
beliau ingin membagikan suatu inti asal sebuah permainan politik pada negeri (semacam
postulat mendasar asal kehidupan politik), yakni bahwa warga simpel sekali dibohongi dan dimanipulasi dukungannya lewat pencitraan
oleh pemimpin secara menarik dan
persuasive.
Warga hanya membutuhkan ilusi-ilusi yg kuat serta
perlu diyakinkan menggunakan apa yang mereka lihat dan saksikan secara pribadi.
Asal penerangan pada atas sampailah kita pada suatu kesimpulan bahwa lewat
goresan pena tulisan Machiavelli yg terangkum pada Il Principe, diperlihatkan
pilihan primer profesi Machiavelli, yakni seseorang politikus praktis yang
berminat pada tindakan-tindakan konkret dengan panduan operasional yang pribadi
bisa diterapkan secara impulsif sebab sense of urgency (desakan keadaan)
Buat menjaga
stabilitas negara dari serangan musuh atau pemberontakan yang mengancam
pertahanan dan keamanan suatu negara,
maka sang pemimpin mampu memakai jasa dari tentara asing atau tentara bayaran.
tapi Machiavelli beropini bahwa pemanfaatan tentara bayaran atau tentara asing
sangat tidak efektif dan membahayakan keberadaan
suatu negara. Stabilitas politik tidak akan tercapai Jika dilema keamanan
diserahkan pada pihak luar.
Machiavelli
mengusulkan dibentuknya organisasi militer secara baru. Pembaharuan yang
dimaksud disini ialah penempatan posisi pemimpin-pemimpin militer bersama para
stafnya. Orang-orang yang ditunjuk buat sebagai pucuk pimpinan atau memiliki jabatan
strategis dalam satuan militer haruslah orang pilihan asal rakyatnya sendiri.
kemudian keliru satu dari pilihan warga
ditunjuk sang pemimpin buat sebagai mentrinya. Kekuasaan seseorang
mentri militer wajib dibatasi dengan undang-undang
agar tak sampai menyalahgunakan kuasanya serta menyimpang asal kehendak sang
pemimpin.
Daftar Pustaka
Oktaviani, J., & Pramadya, T. P. (2019). Model Negara
Kekuasaan: Orde Baru dalam Tinjauan Pemikiran Hobbes dan Niccolo
Machiavelli. Indonesian Perspective, 4(2), 175-190.
Schmandt, H. (2015). Filsafat
Politik, kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman Modern, terj.
I. Baidlowi dan A. Baehaqi, Cet. 4. YoÂgyakarta: Pustaka Pelajar.
Alfian, S. (2018). Gagasan Politik dan Strategi
Mempertahankan Kekuasaan ala Niccolo Machiavelli. LoroNG: Media
Pengkajian Sosial Budaya, 7(1), 163-170.
0 Comments