Strategi Kekuasaan ala Niccolo Machiavelli

 

Ujian Psikologi Sosial 2 Semester Ganjil Tahun 2022/2023

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta

Yunisya Manurung (2021011076)

Niccolo Machiavelli selama tahap pertama kehidupannya (1469­1498 M). Selama hampir tiga puluh tahun ketika Machiavelli hidup telah terjadi beberapa kali pergantian kepemimpinan negara Florence. Pada usia 25 tahun misalnya, ia sudah menyaksikan terjadinya sebuah peristiwa politik yang mengakibatkan perubahan kekuasaan di Florence. Pada tahun 1494, terjadi pertempuran antara Raja Charles VIII dari Prancis melawan keluarga Medici, yang diakhiri dengan tergulingnya keluarga Medici. Machiavelli melihat perubahan kekuasaan di Florence dengan munculnya sosok pemimpin kharismatik, seorang rahib Dominikan, yaitu Girolamo Savonarola. Seorang pemimpin yang sekaligus lawan politik dari keluarga Medici.

Kejadian­-kejadian politik pada waktu itu meninggalkan kesan yang mendalam pada diri Machiavelli. Ia menyaksikan runtuhnya kekuasaan keluarga Medici yang sudah memerintah negara Florence selama beberapa generasi sekitar seratus tahun. Ia juga melihat runtuhnya suatu kekuasaan yang tidak mendapat dukungan dari rakyat. Machiavelli juga menyaksikan bagaimana Savonarola yang selama empat tahun berkuasa, mau menerapkan pola menajemen kekuasaan secara baru. Savonarola ingin mengembalikan pola menajemen teokratis, seperti gaya pemerintahan.

Niccolo Machiavelli cara pemimpin untuk menjalankan roda kepemimpinannya secara efisien. Filsuf ini mengerti betul bahwa ilmu politik bukanlah sesuatu yang bersifat etis atau hal yang penuh dengan rasa iba. Ilmu politik hanya mengenal dua hal, yakni ilmu itu bisa diterapkan atau tidak, terlepas dari apakah etis atau tidak, baik atau buruk. Machiavelli membandingkan pemerintahan Turki dan Prancis sebagai modelnya. Menurutnya, pemerintahan yang efektif dan efisien adalah pemerintahan Turki yang pada waktu itu dikepalai oleh Ottoman Turks. Machiavelli mengatakan demikian karena yang benar­benar memegang kekuasaan di negeri itu hanya satu orang dan yang lainnya berperan sebagai pelayan. Dengan demikian, jenis pemerintahan seperti ini akan sangat sulit ditaklukkan, meski jika berhasil ditaklukkan akan sangat sulit direbut kembali. Machiavelli menangkap dan mema hami realitas politik bertolak dari rangkaian aksi bangsa­bangsa yang diwarnai dengan kepentingan masing­masing bangsa. Interaksi hubungan internasional membawa Machiavelli ke pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia menurut pengalamannya. Dalam konteks hubungan internasional yang saling memanipulasi untuk tujuan nasional ma­ sing­masing bangsa, maka wajah realitas politik dapat ditemukan terutama pada profil-profil para pemimpin bangsa pada waktu itu dengan pola manajemen kekuasaan yang diterapkan oleh masing­masing pangeran.

Kondisi kehidupan politik pada masanya ditandai oleh adanya semacam anar­ ki kekuasaan (kondisi dimana rakyat tidak mengakui sepenuhnya kepemimpinan sang Pangeran dan golongan elite juga saling bertarung merebut kekuasaan) dan adanya kemerosotan moral dalam hubungan dengan pemerintahan suatu negara (perebutan kekuasaan oleh beberapa rezim seperti pengalaman kekuasaan selama Machiavelli hidup di negara Florence). Machiavelli melihat praktik politik yang nyata dalam sebuah negara pada tingkah laku pangeran dalam merebut kekuasaan dari rezim lama dan kalau diperlukan menggunakan kekerasan dan kekuatan untuk mempertahankan kekuasaan. Melihat perjalanan seorang pangeran dalam berkuasa tidak selalu berjalan mulus dan minim pergolakan, maka para pangeran sebaiknya tidak menenggelamkan dirinya dalam mewujudkan cita­cita moral dan religious, melainkan pangeran harus menjadi lihai dan secara terencana memanfaatkan keterbatasan­keterbatasan kodrat manusia yang pada dasarnya egoistis.

Seluruh daya dan usaha harus dimanfaatkan secara efisien dan efektif; memanfaatkan legalitas konstitusional untuk melancarkan aksi­aksi politik, serta memanfaatkan bonafiditas lembaga-lembaga agama untuk membangun “opini public” bahwa pangeran adalah pendukung moralitas, untuk mendapat dukungan rakyat. Jika kondisi negara bergejolak disebabkan munculnya kubu oposisi yang berusaha merongrong kekuasaan sang Pangeran, maka sang pangeran dapat memberlakukan status darurat perang dan hukum­hukum peperangan. Dari penjabaran tentang realitas politik Machiavelli tren kedua, sebenarnya ia ingin menunjukkan suatu inti dari sebuah permainan politik dalam negeri (semacam postulat fundamental dari kehidupan politik), yakni bahwa rakyat mudah sekali dibohongi dan dimanipulasi dukungannya lewat pencitraan sang pangeran secara menarik dan persuasive. Rakyat hanya membutuhkan ilusi­ilusi yang kuat dan perlu diyakinkan dengan apa yang mereka lihat dan saksikan secara langsung.

Apakah benar karakter Machiavelli akan kita hujat bila itu tidak menguntungkan kita, namun bila menguntungkan kita maka Machiavelli kita sanjung. Hal itu penting untuk dijawab karena sesuai dengan pemikiran Machiavelli tindakan­tindakan nyata dengan pedoman operasional yang langsung bisa diterapkan secara spontan karena sense of urgency (desakan keadaan) memaksa politikus untuk memperhatikan dan mengutamakan tindakan­tindakan yang dipandang menjadi prioritas. Machiavelli secara tegas memisahkan politik dan moralitas. Baginya politik dan moralitas adalah dua sisi yang terpisah dan tidak ada kaitannya antara satu dengan yang lain. Dalam berpolitik tidak ada tempat untuk membicarakan moralitas. Pemisahan antara politik dan moralitas didasarkan pada perbedaan antara keduanya. Moralitas berbicara tentang sesuatu kemungkinan yang diharapkan atau dicita­citakan, sedangkan permasalahan politik atau hal­-hal yang berhubungan dengan ketatanegaraan adalah suatu realitas sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia secara nyata.       


DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2598/1/98891-                                            HAKIKAL%20MUJAHID-FISIP.PDF

https://scholar.google.com/scholar?                                                                                                          start=20&q=strategi+kepemimpinan+niccolo+machiavelli&hl



0 Comments