Essay 5: Psikologi Lingkungan, Kesadaran, dan Cinta Kesemestaan
Psikologi
lingkungan merupakan salah satu cabang psikologi yang membahas hubungan antara
manusia dengan lingkungan. Manusia dan lingkungan dalam cara pandang psikologi
lingkungan sama-sama berada pada tataran subjek dan objek dalam waktu
bersamaan. Konsepsi mikro dan makro cukup erat kaitannya dengan hubungan antara
manusia dan alam. Manusia sebagai organisme aktif, harus menjaga
keberlangsungan penghidupan semesta alam agar tetap bisa eksis. Hal ini
dikarenakan dalam kehidupan sehri-hari, peran semesta alam dalam kehidupan
manusia cukup vital. Mulai dari bernafas, makan, serta kebutuhan-kebutuhan
fisiologis lainnya, peran semesta alam cukup penting.
Psikologi
lingkungan sebagai salah satu cabang pengetahuan yang menilik perhubungan
antara manusia dan alam, memainkan peranan yang penting. Hal ini berkaitan
dengan kesadaran manusia untuk dapat menjaga keselarasan dan kelangsungan hidup
semesta alam. Ki Hadjar Dewantara sang bapak pendidikan menempatkan alam dalam
peranan yang vital. Ini ditunjukan dengan konsepsi dasar sistem pembelajaran
among atau dikenal dengan pendidikan merdeka, di mana konsepsi pendidikan dan
pengajaran ini menekankan pentingnya peranan kodrat alam. Menurut hemat penulis
penempatan kodrat alam sebagai dasar ajar bukan serta merta begitu saja, namun
Soewardi atau Ki Hadjar memandang alam sebagai basis penghidupan dan kehidupan
yang perlu dirawat dan dipelihara. Kesadaran batiniah akan ikatan antara sang
anak (manusia) dan sang ibu bumi (semesta alam) melengkapi pendidikan rasa ala
Tamansiswa. Alam hidup yang saling berlingkaran, begitulah ujar Ki Hadjar di
dalam bukunya.
Kembali pada
persoalan peran psikologi lingkungan dalam menumbuhkan cinta terhadap
lingkungan, maka berbicara efektivitas memerlukan kajian yang lebih mendalam.
Namun ketika perbincang diubah pada tataran lain, maka psikologi lingkungan
merupakan salah satu cabang pengetahuan yang dapat menjadi sarana mematik
kesadaran akan peran penghidupan dan kehidupan lingkungan. Sementara untuk
persoalan cinta, biarlah itu lambat laun itu mengalir dengan proses
romantismenya.
Balutan
semesta bertasbih dalam pranata dan kata,
Bisu tidak
selalu tanpa kata,
Diam tidak
selalu tanpa wicara,
Bagaikan semesta
yang mendidik manusia dalam tapa bisunya,
Bagaikan
kehidupan yang mengajarkan, tanpa pernah dengan gamblang menunjukan,
Bagaikan ibu
bumi yang mengasihi, tanpa pernah terdengar oleh telinga dan terlihat oleh
mata,
Seperti balutan
kasih ibu pertiwi, yang tidak pernah sakit hati walau terus dieksploitasi.
Oleh: Karunia Kalifah Wijaya (2019011064) Psikologi Lingkungan Paralel
0 Comments