Psikologi Lingkungan A
Semester : Genap 2021/2022
Essay 2
Muhammad Rizki Apriyandi
2019011160
Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
Sampah plastik merupakan permasalahan global lingkungan yang jumlah dan jenisnya berbeda-beda di setiap negara (Verma etal., 2016). Salah satu sumber pencemaran plastik adalah pot plastik dengan durabilitas rendah yang banyak digunakan untuk persemaian mulai dari tanaman pertanian, perkebunan hingga tanaman perhutanan. Sampah dari pot plastik tersebut sangat sukar terurai oleh mikroba di dalam tanah, sehingga dapat mencemari lingkungan (Alshehrei, 2017).
Pencemaran lingkungan disebabkan oleh sampah menjadi momok utama permasalahan lingkungan yang sulit terurai seperti sampah botol plastik. Kepedulian dan perhatian dalam melestarikan dan menjaga lingkungan supaya bersih dan terhindar dari sarang penyakit perlu ditingkatkan. Sampah botol plastik dapat menjadi sarang jentik-jentik nyamuk karena tempatnya yang lembab. Perkembangan jentik-jentik nyamuk akan berlipat ganda disebabkan genangan air yang tertinggal di dalam botol. Selain itu, sampah botol plastik sulit diurai secara alami, semakin banyak orang yang menggunakan botol plastik akan mengakibatkan sampah botol plastik menumpuk dan mengganggu kebersihan lingkungan.
Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan dari penggunaan pot plastik adalah dengan memberikan alternatif pengganti pot yang ramah lingkungan yaitu wadah semai berbahan dasar organik. Bahan organik seperti pati, gambir dan sejenisnya sudah mulai dikembangkan sebagai bahan baku dan perekat dalam pembuatan plastik yang mudah terdegradasi (Kamsiati et al.,2017; Kasim, et al.,2018). Bahan organik lain yang berpotensi besar untuk digunakan sebagai bahan pembuatan pot organik yang dapat terdegradasi adalah limbah serabut (fiber) kelapa sawit, dikarenakan jumlahnya yang sangat besar mencapai 13% dari total berat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit (Susilawati dan Supijatno, 2015).
Selain mudah terdegradasi dan tidak mencemari lingkungan, pot organik juga dapat langsung ditanam di dalam tanah dan menambah bahan organik pada tanah. Pot organik dapat menjadi salah satu media tanam yang memiliki kandungan hara yang cukup baik, sehingga memberikan sumbangsih terhadap kelestarian tanah dan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut pot organik diharapkan mampu menunjang pertumbuhan tanaman dan menjadi wadah semai dan tanam alternatif yang ramah lingkungan (Nursyamsi, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi pembuatan pot organik berbahan baku limbah fiber kelapa sawit dengan variasi penambahan perekat alami yaitu kanji dan gambir.
Dapat disimpulkan bahwa Pot organik
berbahan baku limbah serabut (fiber) kelapa sawit selain dapat mengurangi
potensi limbah sawit juga dapat meningkatkan nilai ekonomi limbah. Pada penelitian
ini dilakukan optimasi komposisi penambahan perekat alami pada pembuatan pot
organik berbahan baku limbah serabut (fiber) kelapa sawit, serta melakukan karakterisasi fisik dan tingkat kesukaan terhadap pot organik.
DAFTAR PUSTAKA
Verma, R., Vinoda, K. S., Papireddy, M., & Gowda,
A. N. S.,(2016),Toxic Pollutants from Plastic Waste-A Review,Procedia Environmental
Sciences, 35, 701–708.
Alshehrei, F.,(2017), Biodegradation of synthetic and
natural plastic by microorganisms, Journal of Applied & Environmental
Microbiology, 5(1), 8-19.
Kamsiati, E., Herawati, H., & Purwani, E.
Y.,(2017), Potensi Pengembangan Plastik Biodegradable Berbasis Pati
Sagu Dan Ubikayu
Di Indonesia,Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
36(2), 67-76.
Kasim, A., Yumarni, Y., & Fuadi, A.,(2018), Pengaruh Suhu
dan Lama Pengempaan
pada Pembuatan Papan Partikel dari Batang Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) dengan Perekat Gambir
(Uncaria gambirRoxb.) terhadap Sifat Papan, Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kayu Tropis, 5(1), 17-21.
Susilawati & Supijatno, (2015), Pengelolaan Limbah
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
di Perkebunan Kelapa Sawit, Riau, Bul. Agrohorti., 3(2), 203–212.
Nursyamsi, N.,(2015), Biopot Sebagai Pot Media Semai
Pengganti Polybagyang Ramah Lingkungan, Buletin Eboni, 12(2), 121-129.
0 Comments