memuliakan sampah sebagai upaya mewujudkan masyarakat sejahtera
Abdul Basith 2017011150
Memuliakan sampah Sebagai upaya mewujudkan
Masyarakat sejahtera
Keadaan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini
masih sangat memprihatinkan. Banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan
kesejahteraan yang layak untuk
keberlangsungan hidupnya menjadi salah satu hal penting yang perlu mendapatkan
perhatian lebih. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang masih belum bisa
mengembangkan potensinya terhadap sumber daya alam yang ada, sehingga
menyebabkan sumber daya alam belum dapat dikelolah sendiri. Hal tersebutt
mengakibatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia masih berada pada
tingkat yang rendah. Sementara itu, seiring peningkatan populasi penduduk dan
pertumbuhan ekonomi saat ini mengakibatkan pengelolahan sampah sebagian besar
daerah masih menimbulkan permaslahan yang sulit dikendalikan. Perilaku yang
tidak sesuai perkataan sangat jamak terjadi khususnya tentang sampah. Hal ini
tercermin dari survey yang dilakukan oleh kementrian lingkungan hidup pada
2012, terhadap 6.048 penduduk yang mewakili Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papuan (KLH, 2013). Survei tersebut
untuk mengetahui pengetahuan, afeksi (emosi) dan perilaku penduduk terhadap
lingkungan hidup. Butir-butir pertanyaaan antara lain tentang pembakaran
sampah, penghematan air dan listrik dan sebagainya. Hasil survei adalah lebih
dari 50% penduduk mempunyai pengetahuan yang tinggi. Hal yang menarik adalah
afeksi mereka kurang memadai (kurang dari 50%). Sebagai contoh, masyarakat
Indonesia mengetahui bahwa sampah sebaiknya dipilih berdasarkan jenisnya
sebelum di buang. Tujuannya adalah untuk memudahkan proses daur ulang sampah,
terutama plastik yang sulit untuk terurai di alam. Meskipun demikian, masyarakat
Indonesia kurang tergerak hatinya ketika melihat sampah plastik telah membuat
biota laut mati. Perilaku nyata mereka juga tidak mencerminkan tingginya
pengetahuan tentang lingkungan hidup. Kurang dari 2% responden yang melaporkan
bahwa mereka telah melakukan daur ulang sampah dan membuat kompos (Shinnta,
2019).
Salah satu alternatif program yang dapat diselenggarakan dalam
rangka meningkatkan masyarakat sejahtera adalah melalui PUSERI (Program Tunai
Sampah Desa Mandiri). PUSERI merupakan sebuah inovasi program yang bertujuan
untuk mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat desa untuk menjadi masyarakat yang
produktif dan inovatif sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. PUSERI merupakan pengetahuan yang diperoleh dari
abstraksi pengalaman adaptasi aktif terhadap lingkungannya yang khas. PUSERI
dimaksudkan sebagai aktivitas dan proses berpikir, bertindak dan bersikap
secara arif dan bijaksana dalam mengamati, memanfaatkan, dan mengolah alam
sebagai suatu lingkungan hidup dan kehidupan umat manusia secara timbal balik.
Melalui PUSERI masyarakat akan diberdayakan dengan berbagai macam program yang
akan memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pendampingan yang selaras dengan
kearifan lokal masyarakat setempat. Harapannya masyarakat mampu mengoptimalkan
sampah secara mandiri dan inovatif sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat desa dan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan
nasional. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengimplementasikan
inovasi PUSERI (Program Tunai Sampah Desa Mandiri) berbasis kearifan lokal ini
adalah sebagai berikut.
Langkah Pertama, Sosialisasi. Tujuan sosialisasi ini adalah untuk memperkenalkan PUSERI pada
masyarakat melalui pemaparan akan pentingnya pemanaatan sampah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sosialisasi dapat dilakukan melalui
sosial media maupun melalui pendekatan secara langsung. Sosialisasi melalui
sosial media dapat dilakukan melalui penyebaran pamflet, poster, maupun pesan broadcast yang
memberikan pengetahuan dan memperkenalkan program PUSERI. Sosialisasi secara
langsung dapat dilakukan dengan mengadakan talkshow atau
seminar berskala kecil, serta sosialisasi yang diberikan dalam pertemuan rutin
dengan masyarakat.
Langkah Kedua, Search
A Local Wisdom. Kearifan
lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh
dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat serta berfungsi
dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan
kehidupan yang sakral maupun profan. Kearifan lokal berasal dari masyarakat
untuk masyarakat yang dikembangkan dari generasi ke generasi, menyebar, menjadi
milik kolektif, dan tertanam di dalam cara hidup masyarakat setempat.
Masyarakat memanfaatkan tata atur kearifan lokal untuk menegaskan jati
diri dan bertahan hidup. Kearifan lokal suatu daerah berbeda-beda. Misalnya
masyarakat betawi yang sangat mempertahankan kearifan nilai gotong royong dalam
melaksanakan berbagai kegiatan kemasyarakatan. Misalnya, jika ada warga
melaksanakan kegiatan bersih-bersih, maka segenap tetangga menyingsingkan
lengan baju membantu dengan berbagai cara. Melalui kearifan lokal inilah
diharapkan PUSERI dapat diterima dan diimplementasikan oleh masyarakat.
Langkah Ketiga, Pembentukan Jaringan Keluarga Peduli Sampah. Setelah melaksanakan sosialisasi dan pencarian kearifan lokal
masyarakat setempat, maka tahap selanjutnya adalah pembentukan
jaringan keluarga peduli sampah yang bertugas untuk mengkoordinir dan mengatur
baik di bidang fungsional maupun operasional. Setiap rumah nantinya akan
diberikan tempat sampah yang telah di desain khusus agar masyarakat termotivasi
untuk membuang sampah pada tempatnya. Tiga hari sekali setiap kepala keluarga
wajib menyetorkan jumlah pengumpulan sampah yang ada di rumah mereka untuk
selanjutnya diolah lebih lanjut. Peran keluarga peduli sampah di sini harus
benar-benar mampu memberikan pemahaman kepada seluruh anggota keluarganya
terkait bahaya dan prospek usaha berlatarbelakang sampah.
empat, Pendirian
Wisma Penampungan Sampah. Di tempat
inilah semua sampah yang terdapat di setiap rumah nantinya akan dipilih dan
diolah lebih lanjut. Selanjutnya akan dipisahkan yang termasuk sampah organik
dan anorganik, serta yang termasuk ke dalam sampah kering dan sampah basah. Di
tempat ini pula semua sampah nantinya akan dibersihkan sebelum memasuki proses
produksi. Setiap kepala keluarga nantinya juga berperan aktif untuk membantu
proses pemilahan dan pembersihan sampah yang telah dikumpulkan.
Langkah Kelima, Pendirian
Klinik Sampah. Pada
program klinik sampah masyarakat akan diajari proses pengolahan sampah menjadi
barang bernilai ekonomis, pengomposan dengan berbagai macam metode, membuat
kerajinan dari bahan daur ulang, belajar menulis cerita bertema lingkungan,
atau mengupayakan masyarakat sebagai Detektif Peduli Sampah yang
mengawasi dan mengingatkan jika ada masyarakat yang membuang sampah
sembarangan. Di tempat inilah masyarakat akan diberdayakan dengan berbagai
macam pengetahuan, keterampilan, maupun pendampingan usaha berbahan dasar
sampah yang nantinya akan dikelola oleh masyarakat secara mandiri. Klinik
sampah ini juga akan memberikan pemahaman terkait langkah-langkah dalam
pemasaran produk hasil olahan daur ulang sampah sehingga kelak masyarakat dapat
memasarkan hasil olahan mereka sendiri.
Langkah Keenam, Menciptakan
Kampung Wisata Tunai Sampah. Kampung
wisata tunai sampah adalah sebuah kampung yang mewajibkan masyarakat yang
tinggal di dalamnya untuk menunaikan sampah. Upaya ini dimaksudkan agar sampah
dapat menjadi sesuatu yang sangat bernilai dan tidak dibuang begitu saja.
Sampah yang telah dikumpulkan dari setiap rumah nantinya akan dipilih dan
dikelola oleh masyarakat setelah melewati proses training atau
pelatihan terkait pengolahan dan daur ulang sampah. Kampung ini nantinya akan
terlihat lebih indah dengan pajangan daur ulang sampah dan produk olahan dari
sampah lainnya. Hal ini juga dapat menjadi sebuah tradisi atau kearifan lokal
yang baru bagi masyarakat.
Langkah Ketujuh, Evaluasi. Evaluasi sangat diperlukan dalam setiap program. Evaluasi
dilakukan untuk menilai dan mengukur seberapa jauh efektifitas program yang
telah dilaksanakan, sehingga dapat dinilai seberapa besar potensi keberlanjutan
program. Evaluasi juga diperlukan untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan
selama program dilaksanakan, sehingga apa yang menjadi kekurangan dapat
diperbaiki untuk ke depannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Shinta,
A. (Editor) (2019). Memuliakan
Sampah: Konsep dan aplikasinya di dunia
pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.
Shinta,
A., Daihani, D.U & Patimah, A.S.
(2019). Friendly environment waste
management based on community
empowerment as the basis of the health
national resilience. Proceding
Optimizing Public Health for Sustainable Global
Prosperity Through Innovative
Collaboration. 4th
International Syposium of
Public Health. Griffth University,
Gold Coast Campus, Queensland, Australia,
October 29th-30th, pp.6-11.
Tondok,
M. S. (2008). Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post.
20 Juli.
0 Comments