
Tahun 2020 kemarin mungkin menjadi tahun terberat bagi sebagian orang, dimana pada pertengahan bulan maret 2020, virus corona atau covid-19 pertama kali teridentifikasi di Indonesia, pada saat itu pula pemerintah kita bergerak cepat untuk melaksanakan karantina wilayah atau yang biasa disebut lockdown, tetapi upaya tersebut tidak bisa membendung virus tersebut untuk menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, tidak butuh waktu lama, virus tersebut menyebar cukup luas ke berbagai wilayah Indonesia. Dampak dari karantina wilayah atau lockdown ini sangatlah besar, sekolah tatap muka dihentikan dan diganti dengan sekolah dari rumah berbasis online, begitupun di bidang yang lainnya, semua aspek yang memerlukan pertemuan tatap muka secara langsung diganti menjadi daring atau online, hal ini tentu ditujukan agar masyarakat tidak saling bertemu satu dengan yang lainnya untuk menghindari virus menyebar lebih luas lagi, belum lagi dampak sektor ekonomi, dan lain sebagainya, virus corona atau covid-19 ini benar-benar merubah dunia.
Sampai saat ini setelah lebih dari setahun virus tersebut ada di Indonesia, banyak dari daerah-daerah di Indonesia yang masih menerapkan sistem karantina wilayah atau lockdown, tetapi ada juga wilayah-wilayah di Indonesia yang sudah mulai beraktivitas seperti biasa dengan catatan tetap mematuhi protokol kesehatan, biasanya hal ini dipengaruhi oleh sistem warna zona pada suatu daerah, dimana ada zona hijau, zona kuning, zona oranye, dan zona merah, biasanya daerah yang menerapkan karantina wilayah atau lockdown adalah daerah yang diberi warna merah, yang berarti secara statistik tingkat penyebaran virus tersebut tinggi di daerah tersebut. Salah satu dampak karantina wilayah atau lockdown yang paling terasa bagi masyarakat adalah himbauan untuk dirumah saja, masyarakat dihimbau untuk tetap tinggal di rumahnya masing-masing. Mau tidak mau, suka tidak suka, masyarakat harus melaksanakan himbauan dari pemerintah ini demi kebaikan bersama, karena semakin sedikit kerumunan yang ada maka semakin meminimalisir penyebaran virus corona atau covid-19 ini.
Tentu himbauan untuk tetap dirumah saja ini menuai pro dan kontra, ada yang pro dan justru sangat senang ketika di himbau untuk dirumah saja karena mereka dapat berkumpul bersama keluarga setiap hari dan bisa lebih bersantai dibanding hari-hari normal biasanya, tetapi ada juga yang kontra, mereka menganggap himbauan dirumah saja ini mengekang mereka dan secara tidak langsung membatasi mobilitas mereka, bahkan ada beberapa orang yang beranggapan himbauan dirumah saja sama seperti dipenjara dirumah sendiri. Tentu untuk orang-orang yang kontra dengan himbauan ini akan mengakibatkan output perilaku yang berlawanan dengan himbauan dirumah saja yaitu tetap keluar rumah tanpa ada kepentingan yang mendesak, tetap berkerumun, tetap “nongkrong” bersama teman-teman, dan melakukan hal-hal lain yang bertentangan dengan himbauan ini. Jika dibiarkan, hal ini akan menyebabkan efek yang serius dan yang paling fatal adalah menyebarnya virus corona atau covid-19 ini secara besar-besaran dan tidak terkendali, tentu hal ini akan menyebabkan korban yang sangat banyak dan akibat-akibat lain yang mengikutinya.
Maka dari itu kita perlu mencari tahu tentang hal-hal apa saja yang membuat orang yang kontra akan himbauan ini berperilaku demikian, ada 2 hal yang akan saya sampaikan disini, sebenarnya masih banyak hal lain, tetapi 2 hal ini adalah poin yang paling krusial menurut saya dalam pembahasan kali ini, 2 hal tersebut diantaranya adalah mereka tidak melihat pandemi sebagai masalah mereka, bagi sebagian orang, virus corona atau covid-19 ini tampak seperti masalah yang ditanggung oleh penduduk di kota-kota yang padat atau negara-negara asing, mereka merasa sedih, tapi itu bukan beban mereka, mereka merasa seperti itu karena mungkin mereka tidak melihat orang-orang di komunitas atau lingkungan mereka terkena virus. Dan hal yang kedua adalah kesepian, manusia mendambakan koneksi, dan kehilangan interaksi sosial untuk waktu yang lama bisa terasa menyakitkan, kita adalah makhluk sosial yang juga memiliki banyak kebebasan, ketika seseorang dibatasi untuk tidak mengikuti naluri dasarnya yaitu berkomunikasi, maka orang tersebut akan merasakan suatu rasa kehilangan yang menyebabkan kesedihan atau kesepian, dan hal tersebut pula yang mendorong manusia untuk tetap mengikuti nalurinya demi mempertahankan dirinya, sekalipun keadaan melarangnya.
Daftar Pustaka: Pengalaman Pribadi
Penulis: Muhammad Fauzan Ajun Pratama (2016011140)
Jenis Tugas: Essay 2 (Butir 6)
Dosen Pengampu: Arundati Shinta
Psikologi Lingkungan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
0 Comments