PENYEBAB DAN SOLUSI KETIDAKPATUHAN MASYARAKAT DI MASA PANDEMI

 

Tugas Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Dosen Pengampu: Arundati Shinta

   Nama           : Yuli Priansah

NIM             : 2018011161

Fakultas Psikologi UST Yogyakarta

   
 
Pandemi COVID-19 munculkan 3 pertanyaan besar dan sulit. Siapkah kita  menjawabnya? 
        Pandemi Covid-19 mulai dirasa membosankan, masyarakat kini tidak lagi tanggap memperhatikan dan tidak terlalu peduli apakah penyebaran Covid-19 meningkat atau menurun, padahal masyarakat tahu dan menyaksikan sendiri bagaimana virus ini memakan banyak korban. Berbagai kebijakan pemerintah kini hanya menimbulkan kesan ketidakpatuhan dalam masyarakat, padahal secara logis kebijakan itu sebenarnya demi keselamatan bersama. Mengapa terjadi?
  1. Krisis legitimasi dan politik pencitraan, menurut Habermas 1975 (dalam Harjudin, 2020) krisis ini terjadi karena disintegrasi sosial dan manajemen krisis pemerintah gagal. Tidak jarang pemerintah memaksakan sanksi atau menggunakan kekuatan paksa untuk menjamin keteraturan, padahal seharusnya tidak berlebihan dan dilakukan atas persetujuan bersama. Selain itu bukan hal yang aneh bila terkadang dalam suatu masalah ada politik di dalam nya, masyarakat terlanjur memandang bahwa semua ini hanyalah pencitraan, salah satu contohnya adalah ketika negara lain sudah merespon wabah tersebut di awal namun pemerintah malah terus membuka akses WNA ke Indonesia.
  2. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman, dkk (2020) memprediksi setidaknya ada tiga faktor psikososial yang berpengaruh: psikologis, sosio-ekonomi-budaya, dan persepsi terhadap pemerintah. Dalam faktor psikologis; kebijakan publik yang tidak adil akan mendorong tindakan ketidakpatuhan, ditambah kecemasan masyarakat akan kebiasaan yang dibatasi membuat mereka tidak mudah mengikuti aturan. Dalam faktor budaya, sosial dan ekonomi; budaya gotong royong yang melekat dalam masyarakat Indonesia menjadi terbatas dan perasaan ketidakadilan akan sulitnya mencari uang di masa pandemi sangat mempengaruhi. Terakhir faktor persepsi terhadap pemerintah; ketidakpatuhan terjadi karena kurangnya kerjasama dan perasaan kurang diberi rasa aman, layanan dasar, dan gap legitimasi pada warganya.
        Dan bagaimana solusinya? Soerjanto Poespowardojo 1989 (dalam Mahardika, dkk, 2020) mengutarakan ketahanan nasional merujuk pada sifat integrasi atau bisa disebut persatuan aspek secara seimbang, serasi, dan selaras. Artinya pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dengan penuh kesadaran demi kepentingan bersama. Mulai dari sistem kerja yang transparan dan beberapa upaya peningkatan pengetahuan pada masyarakat, serta beberapa usaha yang membangun kepercayaan masyarakat dengan peka nya pemerintah terhadap isu yang muncul dalam media massa. Masyarakat butuh rasa aman untuk segala aspek, dan salah satu caranya adalah berlindung dibawah kekuatan yang lain (pemerintah).     
         Berbicara ketidakpatuhan tidak hanya dikaitkan secara sosial budaya, beberapa di dalam diri individu seperti ideologi, harapan, pengetahuan dan pengalaman, serta komitmen sangat mempengaruhi. Begitupula soal solusi, terkadang tidak terlalu rumit untuk dipikirkan bagi kita, hanya saja tahap pelaksanaannya sendiri yang sulit. Namun, kepatuhan bisa terjadi karena konformitas, maka kita sebagai masyarakat yang berpengetahuan untuk mau menjadi role model bagi publik, yang tidak hanya menjalankan aturan sebagai warga negara yang baik tetapi juga ikut berperan dalam menjaga keamanan dan ketertiban negara.  

Daftar Pustaka

Harjudin, Laode. (2020). Dilema Penanganan Covid-19: Antara Legitimasi Pemerintah dan Kepatuha Masyarakat. Jurnal Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial. Vol. 1. No. 1. Hal. 90-97

Rahman, Dkk. (2020). Faktor-Faktor Psikososial dari Ketidakpatuhan Masyarakat pada Masa Pandemi. Karya Tulis Ilmiah Work Form Home LP2M. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati

Mahardika, Dkk. (2020). Strategi Pemerintah dan Kepatuhan Masyarakat dalam Mengatasi Wabah Covid-19 Berbasis Semangat Gotong Royong. Jurnal Global Citizen. Vol. 9. No. 1. Hal. 39-50

 Penulis:  





0 Comments