Stereotype Perempuan di Masyarakat yang Masih Lekat
Tugas ke-3 Essay Wawancara Interaksi Sosial
Psikologi Sosial 2
Dosen Pengampu: Arundati Shinta
Oleh: Ummi Hanifah
2021011023
Kelas Reguler
Stereotype
simpelnya adalah gambaran yang ada dalam pikiran seseorang, terdiri dari
beberapa sifat dan harapan yang berlaku bagi suatu kelompok. Sedangkan gender berasal
dari bahasa Latin “genus” yang artinya tipe atau jenis yaitu jenis kelamin. Stereotype
gender bisa diartikan sebagai stigma yang ada di masyarakat dengan melekatkan
sesuatu hal atau pekerjaan dengan jenis kelamin seseorang. Stereotype
gender di masyarakat Indonesia saat ini masih lekat salah satu faktornya adalah
karena adat budaya masih kuat, tetapi budaya ini adalah salah satu budaya yang
kurang baik untuk diterapkan pada zaman yang sudah semakin maju ini.
Salah
satu budaya yang memiliki stereotype pada perempuan adalah perspektif
budaya Jawa. Masyarakat Jawa memiliki pandangan tentang status perempuan yang
berbeda dari laki-laki. Perspektif dalam budaya Jawa adalah perempuan itu hanya
berkutat pada urusan sumur, dapur, dan kasur. George Peter Murdock dalam
penelitiannya mengatakan bahwa di kelompok masyarakat, laki-laki cenderung
memilih pekerjaan yang maskulin, seperti berburu, menambang, dan tukang kayu
atau batu. Sedangkan perempuan memilih pekerjaan yang feminin, seperti cari kayu,
memasak, mencuci, dan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Stereotype
perempuan di budaya Jawa juga masih banyak bukan hanya “sumur, dapur, kasur”,
tapi masih ada beberapa, seperti “kanca wingking” (teman belakang atau
menemani dari balik layar), “macak, masak, manak” (merias diri, memasak,
melahirkan), “swarga nunut, neraka katut” (surga mengikuti, neraka
terbawa juga). Zaman yang sudah modern dan teknologi yang juga sudah maju,
tetapi gambaran tentang seorang perempuan di masyarakat juga masih lekat. Contohnya
adalah tugas sebagai perempuan dan istri adalah mengurus pekerjaan rumah,
seperti memasak, mencuci, menyapu, dll.
Berikut adalah data
wawancara saya dengan salah satu perempuan di sebuah kampung:
1.
Menurut Anda, bagaimana gambaran tentang
seorang perempuan?
Subjek: “Menurut saya, jaman sekarang stereotype
perempuan yang hanya mengurusi pekerjaan rumah itu tidak sepenuhnya benar,
karena jaman sekarang itu perempuan juga bisa mengerjakan pekerjaan yang
dibilang adalah pekerjaan laki-laki, dan sebaliknya laki-laki-pun juga bisa
mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah.”
2.
Apakah Anda pernah menemui atau bahkan
mengalami stereotype gender di lingkungan Anda?
Subjek: “Pernah, waktu di rumah ibu saya
mengatakan bahwa perempuan itu harus bisa memasak, dan menyapu (membersihkan
rumah), juga jika di lingkungan masyarakat, seperti saat tugas rapat pemuda.
Saat ada pemilihan calon ketua, pasti yang dicalonkan hanya laki-laki sedangkan
perempuan pasti ditempatkan menjadi sekretaris atau bendahara serta perempuan
selalu mendapat peran untuk mengurusi konsumsi, dan mencuci gelas, sedangkan
laki-laki hanya memberesi tikar.”
3.
Siapa saja orang yang masih memiliki stereotype
gender pada perempuan di lingkungan Anda?
Subjek: “Sesepuh di keluarga besar saya,
Ibu, dan sebagian besar pemuda-pemudi di lingkungan tempat tinggal saya.”
4.
Di mana Anda biasa mendapat stereotype
gender tersebut?
Subjek: “Ya itu di organisasi kepemudaan
di desa, di rumah, dan kadang di lingkungan sosial lainnya.”
5.
Contoh dari perilaku stereotype
gender di lingkungan Anda sendiri seperti apa?
Subjek: “contohnya seperti perempuan harus
mengurusi bagian konsumsi untuk sebuah acara, dan perempuan harus mencuci gelas
dan piring yang digunakan saat ada rapat pemuda,”
6.
Bagaimana perasaan Anda saat mengalami stereotype
gender tersebut?
Subjek: “Saya merasa agak kesal, dan saya
berpikir kenapa harus perempuan yang melakukan hal-hal tersebut, kenapa tidak
laki-laki yang melakukannya?”
7.
Apakah orang-orang di lingkungan Anda juga
mendukung stereotype gender tersebut atau tidak?
Subjek: “Beberapa orang ada yang menyetujui stereotype
gender tersebut tetapi juga sudah ada juga beberapa orang yang berpikiran
terbuka, dan tidak memandang stereotype gender tersebut.”
Dari wawancara tersebut
dapat disimpulkan bahwa masih banyak orang atau masyarakat yang mendukung
tentang stereotype gender tersebut, seperti perempuan harus mengurus
urusan dapur dan urusan rumah tangga lainnya. Dengan kemajuan teknologi dan
modernisasi saat ini tetapi karena pemikiran masyarakat yang masih belum
terbuka membuat stereotype gender tersebut masih lekat sampai sekarang
di masyarakat Indonesia. Diperlukan perubahan agar stereotype gender
tidak terus melekat di masyarakat Indonesia termasuk masyarakat Jawa yang
budayanya masih kental.
Daftar Pustaka
Teguh
Wiyono, (2020). Perempuan dalam Perspektif Budaya Jawa “Sumur, Dapur,
Kasur”. Diakses pada 9 Desember 2022, dari https://www.kompasiana.com/teguhwiyono/5e7c4b8fd541df33f91d7354/perempuan-dalam-perspektif-budaya-jawa-sumur-dapur-kasur?page=all#section1
Denanda
Naziah K. (2021). Stereotip Gender pada Perempuan di Indonesia. Diakses
pada 9 Desember 2022, dari https://rahma.id/stereotip-gender-pada-perempuan-di-indonesia/
Fathin
Amim M. (2019). Apakah Stereotip Gender itu?. Diakses pada 9 Desember
2022, dari https://www.kompasiana.com/fathinamimmufidah/5c8e806e7a6d887197225667/apakah-stereotip-gender-itu?page=all#sectionall
Chusna
Amalia. (2021). Stereotip Gender dalam Buku Sekolah Indonesia. Diakses pada 9
Desember 2022, dari https://pmb.brin.go.id/stereotip-gender-dalam-buku-sekolah-indonesia/
0 Comments