Tetap Pada Pendirian atau ikut-ikutan?

Tulisan Untuk Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial 2

Dosen Pengampu: Arundati Shinta

Oleh : Muhammad Maftuh (2021011077)

Fakultas Psikologi Universitas SarjanawiyataTamansiswa Yogyakarta

Topik

Topik   Solidaritas kelompok dalam menilai seseorang

Kronologi

Diri saya merupakan salah satu anggota dari kelompok penilai yang bertugas untuk menentukan bahwa seseorang bersalah atau tidak bersalah. Jumlah anggota kelompok adalah 10 orang termasuk diri saya sendiri dan anggota ini memiliki latar belakang ekonomi, status sosial, tingkat pendidikan dari anggota kelompok adalah setara/tidak ada perbedaan yang mencolok. Dari 10 anggota tersebut hanya diri saya yang memahami betul bahwa orang yang akan dinilai sama sekali tidak bersalah.

Strategi yang dilakukan

Perilaku tersebut merupakan kejadian yang berhubungan dengan kelompok. Kuppuswamy (1979:55): kumpulan orang baru disebut kelompok bila anggotanya mempunyai hubungan yang bersifat saling tergantung. Ketergantungan ini tidak hanya berarti interaksi sosial saja, tetapi juga melibatkan norma kelompok. Berdasarkan norma itu, perilaku, sikap dan kepercayaan anggota telah diatur. Anggota pun diharapkan untuk ‘berperan’ seperti yang diharapkan oleh kelompoknya. Hal ini disertai dengan sanksi bilamana ia tidak mematuhinya. Kelompok memiliki tujuan besar untuk mencapai kepentingan bersama. Ada daya tarik khusus yang membuat individu tertarik untuk masuk ke dalam sebuah kelompok, misalnya individu akan merasakan ketenangan, memiliki hubungan intim yang baik antar anggota, meningkatkan kepribadian, hanya ikut-ikutan ataupun motif yang lainnya. Apabila dalam menilai seseorang, hak yang dilakukan harusnya jujur dan berdasarkan apa yang ada di lapangan. Hasil ukurnya harus benar-benar data real dan bukan data yang dimanipulasi. Kasus tersebut menunjukkan bahwa diri kita akan menilai seseorang apakah bersalah/tidaknya, namun diri kita tahu persis bahwa orang yang diteliti tidak bersalah. Hal yang saya lakukan melihat hal ini adalah saya berusaha meyakinkan kepada setiap anggota kelompok bahwa orang yang diteliti memang tidak bersalah. Saya akan terus berdiskusi dan memperkuat argumen penjelas supaya semua anggota kelompok percaya. Suatu kelompok akan memiliki karakteristik yang baik ketika di dalam kelompok tersebut terdapat kekompakan dan tidak terpecah belah menjadi beberapa bagian. Apabila terjadi kesalahpahaman pendapat, hendaknya didiskusikan dengan baik dan saling menghargai pendapat dari orang lain. Pada kelompok ini masing-masing anggota memiliki kedudukan yang setara, sehingga rasa canggung untuk berkomunikasi menjadi lebih berkurang, mereka umumnya memiliki frekuensi yang sama dan komunikasi menjadi lebih enak dan lancar. Biasanya individu akan lebih canggung untuk menyampaikan pendapatnya apabila lawan bicara merupakan seseorang yang tingkat kedudukannya tidak setara, baik yang tingkatannya berada di atas maupun di bawahnya.

 

Permasalahan yang bisa terjadi pada kasus ini adalah 9 anggota yang lain dari kelompok saya tersebut menilai bahwa orang yang diteliti tersebut bersalah dan merujuk ke perilaku konformitas. Hal tersebut berbeda dengan pandangan saya yang menganggap bahwa orang yang diteliti tidak bersalah. Apabila diri saya berpegang teguh terhadap pendirian, teman anggota kelompok akan menganggap diri saya kurang memiliki kekompakan dalam berorganisasi. Namun sebaliknya, apabila diri saya hanya ikut-ikutan dengan pendapat anggota kelompok yang lain, diri saya memiliki rasa tidak puas terhadap keputusan. Namun hal yang saya pilih adalah ikut terhadap keputusan kelompok, karena saya tetap ingin berada di kelompok tersebut dan tidak dibenci oleh anggota kelompok yang lain. Untuk mengurangi rasa bersalah pada diri saya, argumen yang saya buat tidak sepenuhnya untuk menilai orang yang diteliti tersebut bersalah, mungkin dengan memperkuat argumen-argumen penjelas dan memberikan saran.

 

(Sumber: Materi Kuliah Psikologi sosial Dosen Pengampu Arundati Shinta).

 

 

 

 

 


0 Comments