Mempengaruhi Mayoritas dengan Suara Minoritas
Tulisan untuk Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial 2
Dosen pengampu: Arundati Sinta
Steven Aldodi Stefano (2021011062)
Masalah tentang bagaimana mengasih keyakinan seseorang bahwa teman kita itu tidak melakukan kesalahan yaitu seperti yang diadukan oleh seluruh anggota kelompok memang agak sedikit memberatkan karena suara mayoritas yang tidak kita kuasai. Dan jika dilihat dari pembagian kelompok mayoritas dan minoritas maka saya dan teman saya merupakan bagian dari kelompok minoritas. Masalah tenntang bagaimana mengasih keyakinan seseorang bahwa teman kita itu tidak melakukan kesalahan yaitu seperti
Dalam hal ini, minoritas adalah mereka yang jumlahnya kurang dri 50% jumlah penduduk di wilayah domisilinya. Status minoritas pada umumnya dberikan kepada kelompok kecil, yang memiliki perbedaan mencolok jika dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang lebih besar.
Saya selalu menganggap dikotomi mayoritas-minoritas adalah masalah kesetaraan akses, bukan masalah jumlah. Pemahaman sebagian besar orang Indonesia yang melihat jumlah sebagai tolak ukur dikotomi mayoritas-minoritas pada akhirnya hanya melahirkan legitimasi moral semu yang berperan besar melanggengkan diskriminasi dan tirani mayoritas yang kerap terjadi belakangan ini
Toleransi memang akan selalu menjadi wacana milik mayoritas, hanya mayoritas yang memiliki privilege untuk bertoleransi. Selain wacana toleransi yang sering dimanfaatkan sebagai apologi, tirani mayoritas (atau kalau mau disebut intoleransi) dapat tumbuh subur karena lemahnya penegakan hukum
Mayoritas suara membuat anggota kelompok di dalamnya membuat kita menjadi egonsentris dan terkadang bertindak represif terhadap yang minoritas. Ini membuat orang yang berada dalam bagian minoritas merasa direpresi dan terkadang teraniaya. Sikap itu membuat kelompok minoritas kadang apatis dan menuruti kehendak kelompok mayoritas (latif, 2012).kelompok mayoritas mengklaim telah memainkan peran yang besar dalam membangun karakter kelompok dan bangsa, dan karenanya menuntut lebih banyak. Dipihak lain kelompok minoritas menuntut perlakuan dan pelayanan yang sama atas nama hak asasi dan hak. Akibatnya terdapat ketidakseimbangan dimana tuntutan kelompok minoritas sering melampaui apa yang dapat diterima dan ditolelir oleh kelompok mayoritas
Manstead dan Hewstone (dalam Murdianto, 2018) mendefinisikan stereotip sebagai keyakinan-keyakinan tentang karakteristik seseorang (ciri kepribadian, perilaku, nilai pribadi) yang diterima sebagai
Baron dan Byrne (2003) Menjelaskan faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya prasangka yaitu, konflik antar kelompok secara langsung, pengalaman belajar di masa awal, kategori sosial, dan beberapa aspek dalam kognisi sosial. Teori yang menyatakan bahwa prasangka muncul karena terdapat kategorisasi sosial yang mengemukakan bahwa individu membagi dunia sosialnya menjadi dua kategori yang berbeda, yaitu kita dan mereka. Hal yang menjadikan kategorisasi sosial menjadi sebuah prasangka ialah bahwa individu berusaha meningkatkan self-esteem mereka dengan cara mengidentifikasikan diri dengan kelompok sosial tertentu
Selanjutnya Menurut Brown (2005) menyatakan bahwa prasangka seringkali didefinisikan sebagai penilaian negatif yang salah atau tidak berdasar mengenai anggota suatu kelompok, tetapi definisi semacam itu menimbulkan kesulitan konseptual karena ada masalah pemastian apakah penilaian sosial itu memang salah atau sekedar menyimpang dari kenyataan. Sebagai gantinya, prasangka didefinisikan sebagai sikap, emosi, atau perilaku negatif terhadap anggota suatu kelompok karena keanggotaanya dikelompok tersebut. individu yang berprasangka akan menganggap rendah sebuah kelompok yang dipandang negatif, dan individu menganggap diri dan kelompoknya lebih superior. Dengan kata lain, pada bebebrapa orang, prasangka dapat memainkan sebuah peran penting untuk melindungi dan meningkatkan konsep diri mereka. Selamjutnya, perbedaan sudut pandang terkait keterlibatan minoritas dalam kepemimpinan telah melahirkan pela belan terhadap sikap yang berbeda. Jika ini dibiarkan maka yang terjadi adalah munculnya konflik yang besar
Daftar pustaka
Khoerunisa, I. (2021). Hubungan Antara Identitas Sosial Masyarakat Mayoritas Sunda. Jurnal Psikologi MANDALA, 22.
latif, S. (2012). Meretas Hubungan Mayoritas-Minoritas Dalam Perspektif Nilai Bugis. Jurnal Al-Ulum, 97-116.
0 Comments