Naufal Alimi Hakim
Perilaku pro-lingkungan hidup yang sudah terbentuk dengan
bagus di tingkat SD-SMA menjadi tidak terpelihara lagi ketika sudah menjadi
mahasiswa apalagi saat sudah tidak berada di dunia Pendidikan (Shinta,
2019). Ada beberapa hal yang menyebabkan para mahasiswa ini meninggalkan perilaku
pro-lingkungan, diantaranya:
1. Kurangnya apresiasi
Saat menjadi mahasiswa mereka biasanya akan mendapatkan apresiasi jika melakukan kegiatan pro-lingkungan, misalnya saat mereka melakukan kegiatan pengolahan sampah kemudian menulisnya menjadi essay mereka akan mendapatkan nilai. Namun saat menjadi mantan mahasiswa mereka tidak lagi memperoleh apresiasi secara langsung. Para mantan mahasiswa menjadi enggan melakukan tindakan pro-lingkungan.
2. Minim daya Tarik
Alasan yang kedua masih berkaitan dengan yang pertama.
Kurangnya apresiasi akan menciptakan minimnya daya tarik akan kegiatan
pro-lingkungan. Kegiatan pro-lingkungan yang biasa dikenal adalah mengolah
sampah atau limbah. Hal tersebut mungkin menarik bagi sebagian orang.
Namun kegiatan itu juga bisa dirasakan kurang menarik dari berbagai
sisi misalnya keuntungan finansial yang rendah dan sulitnya menjual hasil
olahannya.
3. Sibuk berpikir malas
bertindak
Para mahasiswa dan mantan mahasiswa yang tergerak untuk
melakukan kegiatan pro-lingkungan biasanya mereka sibuk berpikir tentang cara
menyempunakan kegiatan pro-lingkungan yang dilakukannya. Namun, kesibukan
berpikir itu sering membuat Sebagian dari mereka tenggelam pada ide-ide dan
menjadi malas untuk bertindak. Karena saat memikirkan ide tersebut mereka akan
menemukan banyak kendala mengenai pelaksanaan kegiatan pro-lingkungan.
Perilaku pro lingkungan adalah perilaku yang baik. Perilaku ini bukan hanya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang peduli lingkungan. Tetapi juga dapat menjaga lingkungan dari pencemaran dan hal-hal yang merusak lingkungan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah agar para mantan mahasiswa ini tetap mau melakukan kegiatan pro-lingkungan, diantaranya:
1. Pemberian hadiah dan
penghargaan kepada para pegiat pro-lingkungan.
2. Mendirikan pos atau
komunitas khusus bagi para pegiat pro-lingungan yang dibiayai oleh masyarakat
atau pemerintah.
3. Menjadwalkan kegiatan
pro-lingkungan secara rutin dimasyarakat.
Para mahasiswa yang semula peduli pada lingkungan hendaknya tidak berhenti melakukan kegiatan pro-lingkungan setelah mereka lulus. Kelulusan kuliah hendaknya menjadi gerbang awal bagi para mahasiswa untuk berpikir dan merealisasikan ide tentang pro-lingkungan. Akhirnya, kegiatan pro-lingkungan dapat terus dilaksanakan dan apresiasi akan mengalir kepada mereka yang peduli akan lingkungan.
Dengan adanya pelajaran psikologi lingkungan dalam pembentukan kepedulian mahasiswa pada lingkungan, setidaknya mahasiswa dapat mengerti dan peduli begitu pentingnya lingkungan dan sekitarnya.
Shinta, A. (2019). Penguatan Pendidikan Pro-Lingkungan
Hidup di Sekolah-Sekolah untuk Meningkatkan Kepedulian Generasi Muda pada
Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Galangpress.
0 Comments
Komentar baru tidak diizinkan.