Ujian Akhir Semester
Psikologi Lingkungan A - Reguler
Semester Genap 2021/2022
Nabila Alfarabi
2019011013
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
Kehilangan sisa makanan terjadi di hulu tidak termasuk rantai pasokan makanan dan pengecer, layanan makanan, dan konsumen (FAO, 2011). Menurut FAO (2011) dan Food Use for Society inovasi dengan mengoptimalkan strategi penanggulangan sampah / FUSIONS (2014), sisa makanan adalah sampah itu akan terbuang sia-sia pada tahap konsumsi terakhir dari rantai persediaan makanan. Perbedaannya adalah FUSIONS (2014) Termasuk bahan makanan yang tidak termasuk dapat dimakan dalam kategori sisa makanan.
Seperti halnya sektor rumah tangga adalah salah satu departemen menyebabkan limbah makanan dalam jumlah besar ini cukup besar. Ada berbagai faktor mempengaruhi generasi sisa makanan. Salah yang lainnya adalah tindakan melawan sampah biasa disebut sebagai sisa makanan atau makanan perilaku diselidiki dari perspektif perilaku konsumen. Faktor lain dapat mempengaruhi makanan tindakan pemborosan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku konsumen (Hebrok & Boks, 2017, Ilyuk, 2018). Faktor tersebut meliputi aspekm ateri keluarga termasuk kondisi kehidupan dan akses geografis ke transportasi dan toko-toko yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari limbah makanan perilaku di rumah. pengetahuan, kemampuan dan perilaku buruk yang terkait perencanaan diet dapat meningkatkan kejadian limbah makanan (Van der Werf et al., 2019).
Permasalahannya adalah bagimana cara yang banyak dilakukan untuk pengendalian limbah sampah makanan? Mulai sekarang, cobalah untuk mengurangi sampah makanan dari kita pribadi sendiri. Dengan mengurangi sampah sisa makanan sendiri, kita juga berkontribusi terhadap pengurangan limbah makanan, bahkan menghemat pengeluaran. Ini dia beberapa cara mengurangi sampah sisa makanan yang ada di rumah:
1. Berbelanja dengan bijak
2. Menyimpan makanan dengan baik
3. Membuat kompos dari sisa makanan
4. Tidak perlu menjadi terlalu ‘perfeksionis’
Jika Anda ingin mengurangi sampah sisa makanan, biasakan untuk membeli produk yang kualitasnya memenuhi standar meskipun tampak tidak menarik. Anda pun dapat membeli langsung dari petani untuk mengurangi limbah makanan yang sebenarnya kualitasnya cukup bagus.
Selain itu kita juga bisa memanfaatkan limbah sampah sisa makanan dengan membuat kompos. Bagaimana caranya? Alat membuat pupuk kompos : Wadah berukuran besar dengan penutup (tong atau ember) dan sarung tangan. Bahan membuat pupuk kompos : Sampah rumah tangga (bisa sisa makanan atau bekas sayuran), tanah, air secukupnya, arang sekam, kapur dan cairan pupuk EM4 sebagai tambahan. Langkah pembuatannya :
1. Siapkan sampah rumah tangga yang akan diolah menjadi pupuk kompos.
2. Pisahkan sampah organik (sisa makanan/dedaunan) dengan sampah plastik.
3. Siapkan wadah berukuran besar untuk membuat pupuk kompos.
4. Masukkan tanah secukupnya ke dalam wadah yang telah diisi dengan sampah organik.
5. Siram permukaan tanah tersebut menggunakan air secukupnya.
6. Masukkan sampah organik yang telah dicampur arang sekam(optional) d
7. Pastikan sampah disimpan secara merata.
8. siram dengan air yang telah bercampur EM4
9. Masukkan lagi tanah ke dalam wadah. Kali ini tanah berperan sebagai penutup sampah.
10. Tutup wadah dengan rapat dan biarkan sekitar tiga minggu.
Ada beberapa teori seperti : Teori ini pada dasarnya sama dengan teori beban lingkungan. Menurut teori ini, stimulasi level yang rendah maupun level tinggi mempunyai akibat negatif bagi perilaku. Level stimulasi yang optimal adalah yang mampu mencapai perilaku yang optimal pula (Veitch & Arkkelin, 1995). Dengan demikian dalam teori ini dikenal perbedaan individu dalam level adaptasi.
Adaptasi dilakukan ketika sistem mengalami disonansi. Artinya ketidakseimbangan antara interaksi manusia dengan lingkungan, tuntutan lingkungan yang berlebihan, atau kebutuhan yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan.
Dalam hal ini, adaptasi adalah proses mengubah adanya rangsangan yang terus menerus. Semakin banyak rangsangan yang hadir, maka semakin banyak pula pembiasaan fisik yang disebut pembiasaan dan pembiasaan psikologis yang disebut adaptasi. Dalam kaitannya dengan adaptasi, proses pembiasaan ini lebih bersifat prediktif daripada mekanis (Heimstra & Mc Farling, 1982).
Helmi (19950) menemukan bahwa ketika seseorang mengalami proses adaptif, perilakunya diwarnai oleh kontradiksi antara toleransi terhadap kondisi stres dan perasaan tidak puas, termasuk memaksimalkan dan meminimalkan hasil bagi orang. berdasarkan pertimbangan yang wajar.
Daftar Pustaka
FAO. (2011). Global Food Losses and Food Waste - Extent, Causes, and Prevention. Retrieved from http://www.fao.org/3/a-i2697e.pdf (diakses pada 15 Juni 2022).
FUSIONS. (2014). FUSIONS Reports: “FUSIONS Definitional Framework for Food Waste”. Cordis, European Commission.
Hebrok, M. and C. Boks. (2017). Household Food Waste: Drivers and Potential Intervention Points for Design - An Extensive Review. Journal of Cleaner Production, 151:380-392.
Heimstra, N.W., & Mc Farling, L.H. (1982). Environmntal Psichology. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Ilyuk, V. (2018). Like Throwing a Piece of Me Away: How Online and In-Store Grocery Purchase Channels Affect Consumers' Food Waste. Journal of Retailing and Consumer Services, 41:20-30.
Veitch, R. & Arkkelin, D., (1995). Environmental Psychology: An Interdisciplinary Perspective. New Jersey: Prentices Hall.
0 Comments