KETERTARIKAN GENERASI MILENIAL TERHADAP PENGENDALIAN SAMPAH SAYURAN DALAM BENTUK PUPUK KOMPOS
AMARU NUKI ARDANA RESWARI
(2019011007)
UJIAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI LINGKUNGAN A- REGULAR
SEMESTER GENAP 2021/2022
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
Mahasiswa
Psikologi adalah termasuk kaum intelektual muda yang menjadi generasi milenial,
sebagai generasi muda yang aktif dan kreatif tentu saja diharapakan sumbang
sihnya untuk menjaga lingkungan, terutama tentang pengendalian sampah. Generasi
mudalah yang harus aktif untuk mempelopori gerakan peduli sampah, agar
lingkungan yang bersih, nyaman dan aman bisa tercipta.
Sampah adalah merupakan masalah yang tidak akan pernah habis dibahas, sampah setiap hari selalu bertambah sementara kepedulian kita terhadap lingkungan masih kurang, hal inilah yang merusak lingkungan hidup dan menjadi sumber penyakit, lingkungan menjadi tidak nyaman dan kotor. Penyumbang terbesar melimpahnya sampah adalah sampah dari sayuran, sampah sayuran terjadi diawali pada saat pendistribusian sampai dikonsumsi. Sampah pada tingkat pendistribusian dimulai dari pasar tradisional sampai pasar modern atau pasar swalayan, sebagai contoh terutama sayuran yang sudah membusuk, sementara untuk tingkat konsumsi terjadi ketika ada sisa makanan misalnya sisa potongan dari sayuran, terkadang juga sampah rumah tangga juga ikut andil melimpahnya sampah. Semua itu bisa terjadi diakibatkan karena kebiasan buruk atau perilaku yang tidak baik dari masing-masing orang, misalnya gaya hidup yang suka memborong sayuran yang pada akhirnya tidak layak untuk dikunsumsi. Mereka tidak menyadari sisa makanan yang mereka buang membahayakan buat lingkungan sekitar, seperti bau busuk yang menumpuk di pembuangan akhir sampah ada gas yang dikeluarkan dari sampah sisa makanan tersebut. Inilah yang jadi pemicu timbulnya penyakit.
Akibat yang ditimbulkan adanya penumpukan sampah dari sayuran diantaranya adalah, akan menghasilkan gas yang membahayakan bagi manusia, adanya longsoran sampah, terjadinya air hujan yang merembas ke sampah yang beracun karena mengandung unsur logam, dan semua itu akan merusak ekosistem. Usaha yang perlu dilakukan dalam pengendalian sampah salah satunya adalah pengolahan kembali sampah untuk dijadikan pupuk kompos. Pengolahan kembali sampah dari sisa sayuran untuk dijadikan pupuk kompos banyak metode yang digunakan, salah satunya menggunakan metode takakura atau keranjang plastik. Menurut Abidin (2016) metode takakura atau yang sering disebut keranjang plastik lebih sederhana dan mudah, dengan menggunakan metode ini sampah dari rumah tangga bisa dikelola sendiri di setiap rumah sehingga sampah sayuran tidak menimbulkan bau, dan dari pupuk kompos bisa digunakan sebagai pupuk tanaman.
Proses
pembuatan pupuk kompos dengan metode ini membutuhkan udara sebagai asupan untuk
tumbuhnya mikroorganisme yang berfungsi sebagai pengurai sampah sayuran menjadi
pupuk kompos. Alat yang digunakan untuk pengomposan adalah keranjang plastic yang
berlubang untuk pertukaran udara, selanjutnya lapisi dengan kardus atau kain
perca bisa juga menggunakan kain flannel untuk menjaga agar selalu lembab, selanjutnya
masukan sampah sayuran yang sudah terpotong ke dalam keranjang takakura (keranjang
plastic) selanjutnya tambahkan sekam, bakteri fermentasi (Em4) dengan maksud
agar proses pembusukan lebih cepat, dan bisa dilakukan setiap hari, selanjutnya
perlu dilakukan pengontrolan suhu yang dilakukan dengan melakukan pengadukan
dan penyiraman dengan menggunakan air, langkah terakhir atasnya dengan sekam
dan tutup keranjangnya, tempatkan keranjang di tempat terbuka, jangan sampai
terkena air, tinggal tunggu sekitar tiga hari, sampai akhirnya menjadi kompos
dan pupuk kompos siap digunakan untuk menyuburkan tanaman.
Akhirnya dari uraian di atas bisa diambil kesimpulan bahwa pengendalian sampah adalah tanggung jawab kita semua, peran generasi muda sebagai pegiat lingkungan sangat diharapkan kiprahnya, minimal dimulai dari lingkungan rumah kita sendiri. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mengendalikan sampah adalah reduce (mengurangi) misalnya kurangi makanan cepat saji beralihlah keolahan makanan lokal, reuse (menggunakan ulang) berbagi makanan kepada orang yang membutuhkan, dan recyle (daur ulang) pengolahan sampah sisa sayuran untuk dijadikan pupuk kompos.
Daftar Pustaka
Abidin, M. 2016. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Petroganik dan
Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays
Saccharata)Varietas Talenta. Jurnal Hijau Cendekia 2 (2). Kediri.
Hamzah, S. (2013). Pendidikan Lingkungan: Sekelumit Wawasan Pengantar. Bandung: Refika Aditama.
0 Comments