Memanfaatkan sampah daun menjadi produk pakai batik ecoprint

Essay UAS Psikologi Lingkungan

Nama : Naufal Alimi Hakim

NIM : 2017011165



    Menurut Azwar (1990), sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaikbaiknya, sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Kodoatie (2003) mendefinisikan sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat atau setengah padat, yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan (Suryani, 2014).

Pengertian batik ecoprint

    Batik ECO print dapat dikategorikan ke dalam jenis batik yang dibuat dengan cara mereplika tumbuhan ke dalam kain untuk menciptakan warna serta pola motif yang menarik. Bagian tumbuhan yang digunakan untuk mewarnai kain batik inipun sangat beragam bisa berupa dedaunan, bunga, batang bahkan ranting. 



    Sedikit berbeda dengan kain batik tulis dan kain batik cap yang pada tahap tertentu banyak melibatkan bahan kimia, kain batik ECO print justru dibuat menggunakan unsur-unsur alami tanpa bahan sintetis atau kimia. Karena itulah batik ini sangat ramah lingkungan dan tidak menimbulkan pencemaran air, tanah atau udara. Dengan memanfaatkan sampah daun sebagai motif batik ecoprint, maka sebenarnya memberikan dua keuntungan, pertama, semakin sadar pentingnya kebersihan lingkungan, sehingga tidak membuang sampah sembarangan dan kedua dapat memanfaatkan waktu luang untuk membuat batik ecoprint tanpa mengeluarkan biaya yang mahal, karena cukup memanfaatkan sumber daya  yang telah ada di sekitar rumah. 



Keistimewaan batik ecoprint

    Seperti halnya kain tradisional Indonesia yang dibuat dengan teknik tulis, teknik cap, teknik ikat celup maupun teknik membatik yang lainnya kain batik ECO print pada prinsipnya juga memiliki keistimewaan tersendiri. sampah daun ternyata bisa menjadi bernilai seni apabila sudah ditempelkan ke kain mori sebagai motif batik. Kain batik yang dihasilkan menjadi sangat bagus dan terlihat lebih alami.  Batik ecoprint sangat cocok mengingat materi dan bahan batiknya sangat murah dan mudah untuk diperoleh, juga nilai ekonomi batik ecoprint juga cukup tinggi (lebih tinggi dari batik cap), serta proses pembuatan batik ecoprint juga ramah lingkungan



Bahan utama yang dibutuhkan untuk membuat batik ecoprint antara lain adalah:

1. Daun, ranting

kulit kayu atau kelopak bunga untuk cetakan pola/motif batik. Pada umumnya yang sering digunakan adalah dedaunan, yang sekaligus berfungsi sebagai pewarna antara lain daun papaya, saun singkong, daun jati, daun ketela, klengkeng merah, daun waru, daun jambu biji, kesumba dan tetumbuhan lain yang bentuk dan warnanya bisa di “copas” kan ke kain polos. Yang WAJIB diperhatikan, dedaunan atau bahan motif lainnya dalam kondisi masih segar.

2. Kain polos

Adapun jenis kain yang disarankan untuk dijadikan bahan membatik eco print adalah jenis kain yang berasa dari serat alami karena bisa menyerap warna dengan baik, seperti kain-kain: katun, linen, goni, kulit kayu, kain tenun serat nanas, kain mori yang halus (primisisima, voilissima, berkolissima, dll), kain sutera, kain rayon, dan masih banyak lagi jenis kain yang bisa digunakan untuk batik eco print ini.

3. Larutan tawas

yang digunakan untuk proses fiksasi dan mordanting yang merupakan finishing dalam pembuatan batik eco print, bisa dikatakan jika tahap ini sangat menentukan kualitas warna yang menempel pada kain. Proses mordanting menjadi tahapan akhir untuk memperkuat/ mempertegas warna pada kain sehingga menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik. Selain itu, mordanting juga berperan untuk fiksasi warna yaitu warna motif kain akan bertahan lama (tidak mudah memudar).

    Untuk peralatan yang dibutuhkan pun tidak ribet, antara lain untuk pemukul (palu, uleg, potongan besi atau bongkahan batu), alas (bisa menggunakan meja, lantai atau benda lainnya yang memiliki permukaan rata), ember untuk proses mordanting dan alat pengukus kain ( jika pembuatan batik eco print tidak manually tapi dikukus seperti menanak nasi).


Daftar Pustaka:

Arif, W. F., & Marsudi. (2019). UJI COBA WARNA DAUN SIRIH MERAH DENGAN TEKNIK POUNDING DAN STEAM. Jurnal Seni Rupa,07,7.

EDGE. (n.d.). Fashion Industry Waste Statistics. Retrieved February 16, 2021, from https://edgexpo.com/fashion-industry-waste-statistics/

Murizar fazruza, Mukhlis, N. (2018). EKSPLORASI DAUN JATI SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN SEBAGAI PRODUK PASHMINA DENGAN TEKNIK ECOPRINT. JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA,3,1–16.


0 Comments