Sampahku Sahabatku
UJIAN AKHIR SEMESTERP
PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Dosen : Dr. Arundati Shinta, M.A
Mahasiswa : Clara Nadya GY (2018011165)
Kelas : Paralel/Sore
Sampahku Sahabatku
Apa yang terlintas dalam benak kalian ketika mendengar kata “sampah”? sebagian besar pasti memiliki kecenderungan berfikir sesuatu yang jorok, bau tidak sedap, sumber penyakit, jijik dan lain sebagainya. Namun apakah memang sejelek itu kah? Mari kita bedah terkait dengan sampah. Menurut Pratiwi Dkk (2018) Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, puingan bahan bangunan dan besi besi tua bekas kendaraan bermotor. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai (Pratiwi Dkk, 2018). Kita bisa menyimpulkan bahwa sampah adalah sesuatu yang “dirasa” tidak berguna lagi karena “bekas” pemakaian. Dalam Harian Kompas yang terbit pada 22 September 2020 dituliskan bahwa Indonesia pada tahun 2025 akan memproduksi sampah sebesar 64 Juta Ton. Angka yang begitu menakjubkan dan muncul pertanyaan, apakah Indonesia bisa mengelola sampah tersebut?
Saya kira pemerintah pusat maupun daerah melalui lembaga swadaya masyarakat sudah memaksimalkan bagaimana mengedukasi masyarakat dalam pengolahan sampah, namun hasilnya masih belum terlihat dan cenderung produksi sampah serta pengelolaannya terus saja menjadi polemik yang tak kunjung usai. Memuliakan sampah atau peduli pada sampah adalah perilaku yang sangat jarang ditampilkan oleh masyarakat Indonesia. Perilaku peduli pada sampah erat hubungannya dengan perkembangan moral seseorang (Arundati, 2019). Dalam perspektif behaviorisme, respon atau perilaku menyampah yang dilakukan baik oleh pria maupun perempuan dalam kasus di atas termasuk perilaku menyampah yang sering terjadi di sekitar kita merupakan perilaku hasil pembiasaan yang dibentuk oleh lingkungan (Todok, 2008)
Kesadaran untuk hidup bersih dan berdampingan dengan sampah kiranya harus selalu tertanam dalam benak seluruh masyarakat. Bersahabat dengan sampah menjadikan mampu untuk memisahkan sampah baik organik dan non organik, selain itu kita mampu memanfaatkan sampah dengan bijak (karena sampah selalu dianggap tidak berguna lagi) dan terakhir adalah bagaimana kita menjaga lingkungan sekitar. Saya kira langkah sederhana tersebut bisa kita lakukan tidak perlu menunggu apapun. Hal hal tersebut secara dini kita ajarkan kepada anak-anak kita. Secara langsung ataupu tidak mereka akan meniru kegiatan kita dan kita pun akan mendapatkan manfaatnya.
Sumber :
https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/18/070200023/indonesia-hasilkan-64-juta-ton-sampah-bisakah-kapasitas-pengelolaan?page=all
https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat
Pratiwi, Finka Ayu, Soemirat Juli & Ainun, Siti. (2018). Hubungan partisipasti Masyarakat terhadap Sistem Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sukaluyu. Jurnal Online Institute Teknologi Nasional.
Shinta, A. (Editor) (2019). Memuliakan sampah: Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.
Shinta, A., Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste management based on community empowerment as the basis of the health national resilience. Proceeding Optimizing Public Health for Sustainable Global Prosperity Through Innovative Collaboration. 4th International Symposium of Public Health. Griffith University, Gold Coast Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp. 6-11. https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf
Tondok, M. S. (2008). Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post. 20 Juli.
0 Comments