Pemanfaatan Sampah Plastik Sebagai Objek Wisata

 

Tugas Psiklogi lingkungan semester genap 2020/2021

Dosen: Arundati Shinta

Oleh: Insanul Afdal NIM 2018011147 fakultas psikologi UST

 

     Sampah merupakan masalah yang menjadi bagian penting dari kehidupan dimasa sekarang, efek yang ditimbulkan sangat membahayakan. Bukan hanya manusia yang merasakan dampak dari sampah ini, melainkan flora dan fauna pun merasakannya. Begitu banyak berita mengenai efek sampah ini mulai dari kura-kura yang tersedak sedotan plastik, hiu yang mati karna perutnya dipenuhi oleh kresek-kresek plastik bekas manusia, belum lagi bencana seperti banjir yang bahkan memakan korban. Walaupun dampaknya sudah sekian besar sayangnya nampaknya kita masih kurang memperhatikan bahaya sampah ini.

     Oleh karna itu kita butuh cara atau metode untuk mengelola sampah ini. Kita tahu bahwa sampah berdasarkan jenisnya dapat dibagi dua yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik sendiri ialah sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, daun kering, sayuran dan lain-lain. Sampah ini dapat ditindak lanjuti seperti dijadikan pupuk kompos, yang mana pupuk ini memiliki khasiat yang sama dengan harga yang lebih ekonomis dibanding pupuk yang lain karena dapat dibuat sendiri.

    Lantas bagaimana dengan sampah anorganik, sampah yang sulit terurai. Tentunya kita butuh perhatian lebih untuk jenis sampah yang satu ini. Kalau dibiarkan begitu saja maka akan merusak lingkungan sekitar yang juga akan berdampak bagi kitas semua. Dalam mengelola sampah anorganik kita membutuhkan ide yang kreatif dalam mengolahnya, karna sampah jenis dapat dijadikan nilai ekonomi yang tinggi, walaupun bisa juga dijual secara langsung dengan harga yang tidak begitu seberapa. Jika teman-teman pernah ke jalan Imogiri Bantul, maka teman-teman dapat menemukan bukti nyata bagaimana cara pengolahan sampah plastik dengan sangat kreatif. Sampah tersebut dijadikan sebagai objek wisata, sehingga menarik perhatian pengendara yang lewat. Namamya ialah bukit bego yang terletak di ujung timur desa Kedung buweng, Imogiri, Bantul. Letaknya persis dipinggir jalan raya, hal yang menarik dari tempat wisata ini ialah logo bukit begonya terbuat dari botol plastik bekas yang sudah tidak terpakai, meskipun terlihat sederhana namun sampah yang seharusnya sebagai perusak lingkungan malah menjadi penggerak ekonomi, hal ini tentu ide yang sangat bagus.



( sumber foto: galeri pribadi )

     foto diatas adalah pengalaman saya waktu mengunjungi bukit bego pada tahun 2019 yang lalu, disana terlihat hanya sekedar gabungan dari banyak botol minuman begas yang membentuk kata bukit bego. bukit yang awalnya tidak ada orang yang mau singgah namun setelah adanya tulisan dari botol bekas tersebut ramai orang singgah disana. orang yang singgah baik hanya sekedar melepas penat atau melihat tulisan yang menggelitik dari bekas botol tersebut. namanya yang aneh tentu saja memberi kesan tersendiri bagi pemabacanya. hal ini membuktikan bahwa sampah jika dimanfaatkan dengan cara yang kreatif dapat memberikan nilai ekonomis bagi kita. dengan adanya plang dari botol bekas tersebut maka dibangunlah warung-warung kecil disekitarnya sehingga tempat yang awalnya tidak ada transaksi dagang sama sekali,sekarang sudah berdiri 3 sampai 4 warung. sehingga adanya peningkatan pemasukan oleh warga sekitar dengan modal yang seminim mungkin.

      Dengan adanya contoh diatas diharapkan tempat-tempat lain juga menerapkan kosnepnya, dimana sampah bukan sebagai perusak lingkungan malahan dijadikan sebagai penggerak ekonomi warga sekitar. Tentunya hal ini membutuhkan ide yang kreatif agar berjalan dengan semaksimal mungkin. Namun hal ini bukanlah suatu hal yang mustahil jika kita kerjakan secara bersama-sama sehingga konsep yang adapun semakin banyak.




Daftar Pustaka

Krismanto, K. D. (2020). strategi penanganan dan pemanfaatan kembali fungsi sampah untuk mendukung fungsi wisata di desa Cempaka. jurnal ilmiah pengabdian kepada masyarakat, 83-88.

 

0 Comments