Oleh: Maulana Malik Ibrahim
PENGANTAR
Tidak bisa dipungkiri bahwa kapitalisme sudah menjadi sebuah
keniscayaan untuk
abad modern. Ditandai dengan runtuhnya uni soviet, semakin
jelas bahwa kapitalis
tidak bisa dirobohkan seperti prediksi marx seabad yang
lalu. Marx mengatakan
bahwa suatu saat buruh akan melakukan kudeta dan terjadilah
kesetaraan derajat,
tidak ada kelas sosial tertentu yang menguasai satu sama
lain. Kenyataannya,
kapitalisme semakin langgeng dan revolusi yang diramal oleh
marx sepertinya tidak
akan mungkin terjadi.
Terdapat banyak sekali keraguan dan pertanyaan, akan seperti
apakah kehidupan
dunia dibawah kendali kapitalisme? Akankah lebih maju atau
justru menjadi bom
waktu yang akan menghabisi umat manusia di kemudian hari?.
Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai kapitalisme, tentu harus
memahami terlebih
dahulu apa itu kapitalisme.
A. KAPITALISME
Menurut marx(1867), kapitalisme adalah sistem sosio-ekonomi
yang dibangun untuk
mencapai keuntungan yang didapatkan melalui proses produksi
dengan
mengorganisir produk seminimal mungkin memalui mode of
production. Terdapat
dua kelas yaitu kaum kapitalis (borjuis) dan kaum buruh
(proletariat).
B. SEJARAH KAPITALISME
Robert E. Lerner dalam Western Civilization (1988)
menyebutkan bahwa revolusi
komersial dan industri pada dunia modern awal dipengaruhi
oleh asumsi-asumsi
kapitalisme dan merkantilisme. Direduksi kepada pengertian
yang sederhana,
kapitalisme adalah sebuah sistem produksi, distribusi, dan
pertukaran di mana
kekayaan yang terakumulasi diinvestasikan kembali oleh
pemilik pribadi untuk
memperoleh keuntungan. Kapitalisme adalah sebuah sistem yang
didisain untuk
mendorong ekspansi komersial melewati batas-batas lokal
menuju skala nasional
dan internasional. Pengusaha kapitalis mempelajari pola-pola
perdagangan
internasional, di mana pasar berada dan bagamana
memanipulasi pasar untuk
keuntungan mereka. Penjelasan Robert Learner ini paralel
dengan tudingan Karl
Marx bahwa imperialisme adalah kepanjangan tangan dari
kapitalisme.
Sistem kapitalisme, menurut Ebenstein (1990), mulai
berkembang di Inggris pada
abad 18 M dan kemudian menyebar luas ke kawasan Eropa Barat
laut dan Amerika
Utara. Risalah terkenal Adam Smith, yaitu The Wealth of
Nations (1776), diakui
sebagai tonggak utama kapitalisme klasik yang
mengekspresikan gagasan "laissez
faire"1) dalam ekonomi. Bertentangan sekali dengan
merkantilisme yaitu adanya
intervensi pemerintah dalam urusan negara. Smith berpendapat
bahwa jalan yang
terbaik untuk memperoleh kemakmuran adalah dengan membiarkan
individu-
individu mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri
tanpa keterlibatan
perusahaan-perusahaan negara (Robert Lerner, 1988).
Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan
dan ketegangan yang
tidak diperkirakan sebelumnya. Munculnya kerajaan-kerajaan
industri yang
cenderung menjadi birokratis uniform dan terjadinya
konsentrasinya pemilikan
saham oleh segelintir individu kapitalis memaksa pemerintah
(Barat) mengintervensi
mekanisme pasar melalui kebijakan-kebijakan seperti
undang-undang anti-monopoli,
sistem perpajakan, dan jaminan kesejahteraan. Fenomena
intervensi negara
terhadap sistem pasar dan meningkatnya tanggungjawab
pemerintah dalam masalah
kesejahteraan sosial dan ekonomi merupakan indikasi
terjadinya transformasi
kapitalisme. Transformasi ini, menurut Ebenstein, dilakukan
agar kapitalisme dapat
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan ekonomi dan
sosial. Lahirlah konsep
negara kemakmuran (welfare state) yang oleh Ebenstein
disebut sebagai
"perekonomian campuran" (mixed economy)
yang mengkombinasikan inisiatif dan
milik swasta dengan tanggungjawab negara untuk kemakmuran
sosial.
Habermas memandang transformasi itu sebagai peralihan dari
kapitalisme liberal
kepada kapitalisme lanjut (late capitalism. organized
capitalism, advanced
capitalism). Dalam Legitimation Crisis (1988), Habermas
menyebutkan bahwa state
regulated capitalism (nama lain kapitalisme lanjut) mengacu
kepada dua fenomena:
(a) terjadinya proses konsentrasi ekonomi seperti
korporasi-korporasi nasional dan
internasional yang menciptakan struktur pasar oligopolistik,
dan (b) intervensi
negara dalam pasar. Untuk melegitimasi intervensi negara
yang secara esensial
kontradiktif dengan kapitalisme liberal, maka menurut
Habermas, dilakukan
repolitisasi massa, sebagai kebalikan dari depolitisasi
massa dalam masyarakat
kapitalis liberal. Upaya ini terwujud dalam sistem demokrasi
formal.
C. PRINSIP KAPITALISME
Pada dasarnya, kapitalisme memiliki tiga asumsi, yaitu;
kebebasan individu,
kepentingan diri, dan pasar bebas.
-Kebebasan individu adalah pondasi kapitalisme, karena
individu bebas berfikir,
berkarya dan melakukan transaksi.
-Manusia akan memenuhi kebutuhannya sendiri terlebihd dahulu
sebelum
memikirkan orang lain
-Pasar bebas menjadi sarana untuk bertransaksi dan juga
selalu menuntut yang
terbaik, besaran produksi juga berbanding lurus dengan
permintaan pasar.
D. KELEMAHAN KAPITALISME DARI ASPEK PSIKOLOGIS
Meskipun terlihat digdaya dan sulit diruntuhkan, namun tetap
saja kapitalisme
memiliki celah atau kelemahan. Asumsi antropologis yang
dianut kapitalisme adalah
pandangan reduksionis satu dimensi manusia yang berasal dari
rasionalisme
Aufklarung. Temuan alam bawa sadar psikoanalisis menunjukkan
bahwa banyak
perilaku manusia tidak didorong oleh kesadaran atau
rasionalitas, melainkan oleh
ketidaksadaran dan irasionalitas. Asumsi kapitalisme yang
mengandaikan bahwa
distribusi kekayaan akan terjadi dengan sendirinya bila
masyarakat telah makmur
(contoh: konsep trickle down effect) melupakan aspek
irasionalitas manusia yang
serakah dan keji. Dorongan yang tidak pernah puas
menumpukkan kapital sebagai
watak khas kapitalisme merupakan bentuk patologis
megalomania dan narsisisme.
E. KESIMPULAN
Dari ulasan diatas, dapat kita simpulkan bersama mengapa
faham seperti sosialisme,
marxisme, eksistensialisme kalah menghadapi kapitalisme.
Marx hanya memandang
kapitalisme sebagai upaya produksi, padahal kapitalis juga
berusaha
mempertahankan eksistensinya menggunakan modal yang mereka
kuasai.
Melihat kekuatan kapitalisme sekarang ini rasanya lebih
memungkinkan menjadi
kapitalis baru, alih-alih berusaha meruntuhkan kapitalisme.
0 Comments