Tugas Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021
Dosen Pengampu : Arundati Shinta
Zukhruf Kalyana Mukti
2018011112
Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
Tema: Kepedulian dan penyelamatan pada lingkungan
Pandemi Covid-19 sedang mengguncang dunia. Dimana pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public Health Emergency of International Concern atau kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia. Virus yang menyerang pernapasan ini memiliki gejala seperti gangguan pernapasan, demam, batuk dan sesak napas. Menurut kasus-kasus yang sudah terjadi, penularan virus ini terbilang cepat karena melalui droplet (percikan batuk atau bersin). Standar untuk pencegahan infeksi ini adalah rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menerapkan etika batuk/bersin, lalu menjaga jarak.
Karena penyebaran virus ini berbentuk droplet (percikan batuk atau bersin) maka diresmikanlah langkah pencegahan melalui Prokes (Protokol Kesehatan) dengan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Kewajiban memakai masker sebagai perlindungan diri, membuat kebutuhan masker bedah/medis meningkat pesat selama masa pandemi. Beberapa bulan setelah diinformasikannya virus ini, pesanan masker medis meningkat pesat, bahkan sampai Indonesia mengimpor masker medis. Kelebihan pemesanan masker medis ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga negara-negara lain.
![]() |
Gambar: Edukasi Kompas |
Hal ini sangat berpengaruh pada tim tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam penanggulangan Covid-19. Tak jarang tenaga medis terjangkit virus akibat minimnya Alat Perlindungan Diri (APD) untuk tenaga medis. Peningkatan pesanan yang banyak namun tidak dibarengi dengan stok yang mencukupi di berbagai negara membuat WHO menghimbau masyarakat menggunakan masker berbahan dasar kain dan mendahulukan para tenaga medis mendapat alat-alat kesehatan (sarung tangan karet, masker medis, hazmat dll).
Penggunaan masker medis yang hanya sekali pakai ini juga berdampak pada lingkungan dikarenakan sampahnya yang menumpuk dapat berakhir di laut dan sangat berpotensi untuk membahayakan kehidupan di laut. Berdasarkan laman Republika.co.id yang memuat studi global di environmental Advances, masker medis dalam eksperimen penuaan buatan dan memaparnya di air laut. Hasilnya menunjukan bahwa masker tersebut melepaskan sebanyak 173 ribu mikrofiber sehari ke laut. Padahal pada tahun 2020 saja, ada puluhan miliar masker wajah yang diproduksi di seluruh dunia karena masker medis telah berubah dari alat khusus untuk tenaga medis menjadi benda yang dipakai publik.
![]() |
gambar: Kompas |
Masih dari laman yang sama, Ocean Asia (kelompok di Hongkong yang berbasis lingkungan) mengatakan sekitar 1,5 milliar sampah masker dibuang ke laut tahun lalu, hal ini setara dengan rata-rata 5.460 metrik ton polusi plastik. Maka dari itu kita dihimbau menggunakan masker berbahan dasar kain agar dapat mengurangi sampah dan ramah lingkungan. Selama memperhatikan bahan kain dan lapisan serta bentuk jahitan, masker kain dapat lebih ampuh dibanding masker medis.
Selain itu, sebenarnya masker kain jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan masker medis sekali pakai. Kita tidak perlu terus menerus membeli masker karena masker kain dapat digunakan kembali ketika sudah dicuci bersih, sehingga uang yang kita miliki bisa dialokasikan untuk hal yang lain atau ditabung. bukankah jika seperti ini 'sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui' ?
Daftar Pustaka
Kementrian Kesehatan. 2020. Pedoman dan Pencegahan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19). Jakarta Selatan : Kementrian Kesehatan
Azizah, Nora (21 April 2021). Masker danSarung Tangan Sekali Pakai tak Ramah Lingkungan. Diakses pada 22 April 2021, dari https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/qrx72y463
0 Comments