KEARIFAN LOKAL TERASERING DALAM MENJAGA SUMBER DAYA AIR

 



 

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Isu tentang air seperti kekeringan dan banjir selalu hangat untuk dibicarakan. Terlebih pada daerah yang rawan terjadi bencana yang berkaitan dengan limpahan air atau kekurangan air. Dibeberapa daerah dengan topografi seperti pegunungan, bencana seperti longsor sering terjadi. Longsor terjadi karena adanya pengikisan tanah oleh air hujan serta kurangnya daerah resapan karena pembukaan lahan untuk pertanian. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat yang tinggal di daerah dataran tinggi harus membuka lahan untuk bercocok tanam demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka membutuhkan makanan dan pekerjaan sebagai petani untuk bertahan hidup, namun disisi lain bahaya akan bencana longsor bisa mengancam sewaktu-waktu.

Dari permasalahan tersebut masyarakat yang tinggal di daerah datara tinggi sadar akan pentingnya menjaga ekosistem air dan tanah sekaligus menjaga keberlangsungan hidup. Masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu telah menerapkan tatanan untuk senantiasa menjaga kelestarian alam. Di Indonesia terdapat banyak kearifan lokal yang berkaitan tentang pelestarian alam. Kearifan lokal didefinisikan sebagai kepandaian dan strategi-strategi
pengelolaan alam semesta yang berwajah manusia dan menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad sudah teruji oleh berbagai bencana dan kendala alam serta keteledoran manusia1. Kearifan lokal atau tradisional sesungguhnya merupakan bagian dari
etika dan moralitas yang membantu manusia untuk menjawab pertanyaan
moral apa yang harus dilakukan, bagaimana harus bertindak khususnya
dibidang pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam (keraf, 2010)2
. Salah satu kearifan lokal masyarakat adat di Indonesia adalah terasering. Terasering merupakan kearifan lokal yang bertujuan untuk mencegah erosi dan longsor pada lahan yang miring.

Kearifan lokal terasering mencerminkan bahwa masyarakat tradisional telah mencintai dan menghormati alam. Mereka berpikir bahwa alam tidak hanya untuk saat ini tapi juga untuk generasi-generasi selanjutnya. Sudah seharusnya generasi saat ini melanjutkan serta memperbaharui teknik konservasi air dan tanah untuk kedepannya, apalagi saat ini air dan tanah merupakan sumber daya yang terbatas jumlahnya. Generasi saat ini harus bisa menjaga, memanfaatkan, mengolah, serta memperbaiki lingkungan dengan tidak melupakan kearifan lokal yang ada di Indonesia.

 

 

 

Daftar Pustaka

Wahono, Widyanta dan Kusumajati, 2001. Pangan, Kearifan Lokal Dan Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas bekerja samadengan USC Satunama, PPEUSD, SPTN-HPS dan Lo-Rejo CCTIF.

Frans P Kafiar, Kearifan Lokal Suku Amungme Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Di Kabupaten Mimika Papua, hal. 37

 

 

0 Comments