Seribu cara pemimpin untuk kesejahteraan?
UAS
PSIKOLOGI SOSIAL
OLEH
THEODORA
APRILA GLORIANI
2021011040
Menghalalkan segala cara untuk kesejahteraan? Semua orang
perlu yang namanya bekerja dan tujuan dari bekerja adalah untuk mendapatkan
uang yang digunakan untuk menjalani kehidupan bagi keluarga, pendidikan,
kesehatan dan banyak hal lainnya. “Kebahagian memang tidak bersumber dari uang,
tapi kebahagiaan akan mudah didapatkan kalau ada uang”.
Seorang dalam suatu organisasi, dalam kelompok atau suatu
kelompok tentu memiliki seorang yang dilpilih atau ditunjuk dan dipercayakan
sebagai pemimpin yang mampu mewujudkan cita-cita kelompok dan meraih kesuksesan
demi kesejahteraan anggota di dalamnya. Tugas seseorang pemimpin begitu besar tidak hanya bekerja
saja tetapi juga bertanggungjawab atas anggotanya atau karyawannya. Hal ini
bukanlah sesuatu yang mudah apalagi jika ditambah dengan situasi dan kondisi
yang memaksa seseorang untuk mengambil suatu tindakan demi keberlangsungan
organisasi atau perusahaannya. Segala tindakan yang diambil tentu sudah
dipikirkan secara matang dengan memikirkan banyak faktor yang selain untuk
keberlangsungan organisasi atau perusaahaan tersebut melainkan siapa saja yang
berada dibalik semua itu.
Lalu, apa masalahnya di sini?
Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab dan beban yang berat
di pundaknya. Dia menjadi tolak ukur dan harapan banyak orang dalam
organisasinya. Namun, ketika seseorang memilih cara yang salah untuk
mendapatkan keuntungan, bukan hanya untuk keuntungan pribadi melainkan juga
demi kepentingan dan kesejahteraan anggotanya, apakah hal tersebut layak
dilakukan sebagai seorang pemimpin?
Dalam pandangan saya, di luar sana banyak terjadi praktek
kecurangan yang yang terjadi pada organisasi – organisasi besar namun sayangnya
hal ini selalu berada dalam bayangan. Di bawah bayangan artinya susah untuk
dittembus dan di gali. Jika saya berada dalam organisasi – organisai tersebut
bagaimana seharusnya sikap dan tindakan yang perlu ditunjukkan adalah saya akan
tetap berada dalam organisasi tersebut terlepass dari bagaimana kecurangan yang
trjadi di dalamnya. Tidak dapat mengelak bahwa ini mungkin terdengar sangat
gila dan egois tetapi sebagai individu saya perlu untuk bekerja dan hasil atau
upah yang saya dapatkan dari sangatlah cukup untuk memenuhi segala kebutuhan
saya dan keluarga. Walaupun secara hati nurani, hal ini sangatlah tidak pantas
dilakukan dimana jika kita mengetahui adanya kecurangan yang terjadi dalam
suatu organisasi tindakan yang sehrausnya diambil adalah segera melepaskan diri
namun apa dikata karena banyaknya problema yang terjadi dalam suatu kehidupan,
pertimabngan yang tidak hanya satu atau dua menjadikan manusia cenderung
bersikap berpura-pura tidak tahu dan memilih aman demi kesejahteraan dan hidup
yang nyaman.
Bagaimana dengan pandangan orang lain yang berada di luar
organisasi terkait hal yang dilakukan oleh pemimpin yang melakukan segala cara
demi mendapatkan keuntungan bagi anak buahnya?
Bagi mereka yang tidak berada dalam organisasi tersebut
mereka mungkin menilai bahwa pemimpin dari organisasi saya adalah seseorang
yang tamak dan egois dan hanya memikirkan kepetingannya sendiri saja namun
perlu diinget bahwa persaingan yang terjadi di luar sana tidaklah setenang
kelihatannya. Mereka tidak tahu bagaimana susahnya dan besarnya tanggung jawab
yang harus dipikul oleh seorang pemimpin, ibarat kata nasib para anggotanya
berada dalam tangannya. Jika keputusan atau tindakan yang dilakukannya selalu
di jalan yang benar, apakah itu akan mampu meraup keuntungan yang besar bagi
organisasinya. Organisasinya hanya akan mati jika seorang pemimpin berpikir
seperti itu.
Perlu ditekankan juga bahwa tindakan atau cara yang dipilih
oleh pemimpin tersebut yang menggunakan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan tidak hanya dinikmatinya sendiri saja tetapi dia juga “membagi”
hasil keuntungannya dengan anggotanya atau karyawannya, lalu bisakah seorang
anggota atau karyawan berpikir untuk mundur jika dihadapkan dengan kondisi
seperti ini? Saya rasa jawabannya akan berat sebelah yaitu tidak!
0 Comments