GOTONG ROYONG PERSIAPAN KARNAVAL TAKBIR IDUL ADHA RISMA MASJID AL-FADHLA KEPUH KULON

 GOTONG ROYONG PERSIAPAN KARNAVAL TAKBIR IDUL ADHA RISMA MASJID AL-FADHLA KEPUH KULON

ESSAY PELAYANAN MASYARAKAT

Dosen : Dr. Arundati Shinta, M.A

Semester : Genap 2021/2022

Rika Nur Rokhiima

2019011164

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA


    Saat ini semangat gotong royong yang sudah mulai luntur di daerah – daerah kecil seperti di desa maupun di perkotaan sudah jarang terlihat. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!”, kalimat tersebut sempat populer di kalangan masyarakat Indonesia pada tahun 90-an, namun dengungannya kini mulai jarang sekali terdengar. Gotong royong sendiri berasal dari bahasa Jawa. Gotong berarti pikul atau angkat, sedangkan royong berarti bersama – sama. Sehingga jika diartikan secara harfiah, gotong royong berarti mengangkat secara bersama – sama atau mengerjakan sesuatu secara bersama – sama. Gotong royong dapat dipahami pula sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai positif dari setiap obyek, permasalahan, atau kebutuhan orang – orang di sekelilingnya. Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual, ketrampilan, sumbangan pikiran atau nasihat yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan. 


    Gotong royong yang dikenal oleh masyarakat Indonesia dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yakni gotong royong tolong menolong dan gotong royong kera bakti. Budaya gotong royong tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian. Sedangkan budaya gotong royong kerja bakti biasanya dilakukan untuk mengerjakan sesuatu hal yang sifatnya untuk kepentingan umum, entah yang terjadi atas inisiatif warga atau gotong royong yang dipaksakan. Salah satu wujud nyata gotong royong di Desa Kepuh Kulon adalah gotong royong persiapan karnaval takbir idul adha yang biasanya dilakukan H-1 bulan sebelum hari raya idul adha untuk mempersiapkan mulai dari Gerakan, kostum, music, maskot, dan lain sebagainya.


  

  

    Takbir keliling/karnaval takbir sendiri dilaksanakan rutin setiap satu tahun sekali, yaitu pada malam hari raya Idul Adha setelah berita ied diturunkan oleh pemerintah melalui media massa. Pelaksanaan takbir keliling juga tampak pada tampilan yang disuguhkan oleh masing-masing peserta perwakilan dari mushola atau masjid. Hal tersebut juga terdapat pada bentuk tampilan dan pelaksanaan dari tradisi takbir keliling/ karnaval takbir. 


    Tahap pertama pada pelaksanaan takbir keliling sendiri dimulai oleh sekumpulan para risma yang berinisiatif untuk membuat suatu karya seni, yang nantinya akan diarak keliling bersamaan dengan mengumandangkan kalimat takbir. Umumnya para risma mendapatkan dana sebagai penunjang kegiatan, yaitu dengan mengumpulkkannya dari para warga sekitar dan dengan iuran sendiri atau bahkan mengumpulkan rosok milik warga dan mnualnya. Pembuatan karya seni, umumnya dimulai oleh sekumpulan para risma yang berinisiatif untuk membuat karya seni, guna memeriahkan malam kemenangan. 


    Pembuatan karya seni tersebut sebagai bentuk dari ekspresi atas keindahan dan kebahagiaan mereka dalam mencapai kemenangan. Salah satu hasil dari karya seni risma adalah lampion-lampion dalam arak-arakan Takbir yang dapat dipandang sebagai bentuk ekspresi estetis yakni ungkapan akan perasaan keindahan. Karena itu sebagai ekspresi estetis, lampion-lampion yang tidak lagi sekadar lentera itu pada dasarnya merupakan karya seni, yang lahir dari kehidupan perasaan keindahan dan kebutuhan untuk menyalurkannya dalam bentuk nyata, melalui medium rupa atau bentuk visual. 

Selain karya seni dapat mengekspresikan perasaan estetis si pencipta dari setiap penciptanya, karya seni juga merupakan bagian dari aktualisasi pesan yang ingin disampaikan si pembuat kepada si penikmat. Karena makna seni selain manifestasi keindahan yang ingin ditunjukkan oleh manusia melalui sebuah karya, selain lampion, inisiatif lain dari para risma adalah membuat Gerakan jalan dan Gerakan display yang nantinya Gerakan display tersebut akan ditampilkan didepan juri, tak lupa para risma juga membuat maskot untuk menambah nilai agar dapat mendapatkan juara 1.

 

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Lukmanul. 2019. Komunikasi Kelompok Nidhom Wadlo’ifus Syubban Dalam Membangun Gotong Royong Di Desa             Ngrame Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto. Skripsi. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Hidayati, Laely (2016) Tradisi takbir keliling di Desa Raji Kecamatan Demak Kabupaten Demak dalam perspektif dakwah                 Islam. Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo. 











0 Comments