Sambut Ramadhanmu Dengan Membersihkan Lingkunganmu

 

Sambut Ramadhanmu Dengan Membersihkan Lingkunganmu

Penulis: Margaretha Agia Dhamahayu Wardhani



Aroma kehadiran bulan suci Ramadhan telah terasa, menandakan masa bahagia akan tiba. Disana sini akan menyambut dengan penuh hikmat sebagai wujud penghambaan pada sang pencipta yang maha sempurna. Seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan Ramadhan memiliki keistimewaan luar biasa bagi hamba-hamba Allah yang bertaqwa. Bulan penuh keistimewaan, berkah dan penuh keampunan. Kehadiran bulan Ramadhan penuh penantian, dari anak-anak sampai orang-orang yang sudah tua, wanita maupun pria bersama menyambut dengan suka cita dan penuh ceria.

Dalam lingkungan masyarakat, mendekati bulan suci Ramadhan masyarakat ramai berduyun- duyun memenuhi mesjid untuk melaksanakan tradisi tahunan yaitu punggahan sebagai rasa kesyukuran akan masuknya bulan Ramadhan. Berbagai jenis menu masakan dibawah oleh anggota masyarakat dan disajikan untuk dinikmati secara bersama-sama. Tradisi turun menurun di beberapa daerah ini menurut masyarakat berguna untuk memupuk kebersamaan dan kekeluargaan dalam hidup bermasyarakat. Selain itu, semerbak aroma wanginya pangir juga tidak ketinggalan tercium dari rumah-rumah para penduduk di tempat tersebut.

Mesjid-mesjid yang merupakan rumah Allah sebagai tempat ibadah selama bulan Ramadhan mulai dibenahi. Dari sekedar mencuci sajadah, mukenah, kain sarung sampai kain tirai pembatas shaf laki-laki dan perempuan di cuci bersih menyambut bulan yang suci. Ada juga yang memulai dengan kembali mengecat dinding-dinding masjid, pagar masjid, kubah masjid. Semua bertujuan untuk lebih memperindah masjid dan memberi kenyamanan bagi jamah dalam melaksankan ibadah selama di bulan suci Ramadhan. Indah nya bergotong royong membersihkan masjid dalam bingkai kebersamaan menyambut Ramadhan yang penuh keberkahan menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat di daerah-daerah tersebut.

Tidak hanya membersihkan lingkungan sekitar saja tetapi juga membersihkan makam para kerabat yang sudah meninggal yang sering di sebut nyadran, Tradisinyekaratau ziarah kubur ini ditujukan   kepada Kyai   Bumi dan Nyai Bumidan    leluhur masyarakat Dusun Suruhanyang   lain.   Dalam   melakukan ziarah kubur, masyarakat membawa sesaji dan ubarampe (pelengkap).  Setelah ritual ziarah kubur dilanjutkan dengan manganan (kondangan) di komplek makam.  Isi sesaji antara lain berupa makanan yang dimasukkan ke dalam takir (tempat makanan yang terbuat dari daun pisang), berupa ingkung (ayam panggangutuh), nasi lauk pauk  dalam  wadah  yang besar  yang disebut lengkong(terbuat  dari pohon pisang yang dirangkai dengan serutan bambu dan dibentuk    persegi) (Noer, 2015).

Daftar pustaka

Adhani, Abrar. "[ARTIKEL HaKI] _Ramadhan dimasa Corona." KUMPULAN BERKAS KEPANGKATAN DOSEN (2022).

Yusof, Abdullah. "Relasi Islam dan budaya lokal: studi tentang tradisi Nyadran di desa Sumogawe kecamatan Getasan kabupaten Semarang." IAIN Tulungagung Research Collections 4.1 (2016): 67299.

0 Comments