Persepsi Generasi Milenial terhadap Lingkungan

Abdul Basith

Persepsi Generasi Milenial terhadap Lingkungan

Maret 02, 2021

 

MARI CIPTAKAN LINGKUNGAN BERSIH DAN SEHAT !!!

Abdul Basith

Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Yogyakarta

 



                                 
        
 Generasi milenial- didefinisikan sebagai generasi yang lahir   sekitar 1980 hingga akhir 1990an generasi yang       menyenangkan untuk dibenci, mungkin banyak karakteristik   yang kita pakai untuk mencap kaum milenial, bukanlah hal   yang khas untuk generasi ini, mungkin karakteristik itu   spesifik dipakai untuk anak muda dari generasi manapun.
 Mereka juga mempunyai keunikan istilah mager adalah   istilah gaul yang merupakan singkatan dari 'Males gerak.

Mager bahkan sudah masuk dalam KBBI, lho. Menurut KBBI mager berarti malas (ber)gerak; enggan atau sedang tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas. Mager menggambarkan seseorang yang enggan atau tidak bersemangat melakukan aktivitas apapun. Orang yang mager bisanya malas untuk bergerak dan tidak ingin melakukan apapun. Mereka punya persepsi sangat bagus, pengetahuan luas tentang lingkungan hidup.

 

 

 Hal yang unik adalah mereka mager untuk melakukan hal-hal sederhana seperti mengurangi belanja, menggunakan kembali barang-barang, dan mendaur ulang barang2. Ini disebut perilaku 2R. Namun di sisi lain, mereka gencar di media sosial untuk menggelorakan semangat pro-lingkungan hidup. Contohnya, gerakan Green Peace. Semangatnya menggelora. Isinya adalah anak-anak muda mahasiswa. Hebat. Perilakunya sehari-hari mungkin saja tidak pro-lingkungan hidup. Mengapa ini terjadi? Apakah persepsi tidak ada hubungannya dengan perilaku?


vandalisme


 

Persoalan yang berhubungan pro-lingkungan di media sosial dengan generasi milenial memiliki peran besar mengatasi masalah sampah yang menjadi momok di masa depan. Mereka yang hidup di era digital ini mudah memberikan pengaruh untuk melakoni suatu perubahan, ini yang menjadi alasan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong kaum milenial membangun kultur baru minim sampah dalam keseharian mereka. “membangun gaya hidup, misalnya bawa kantong belanja, tidak menggunakan sedotan plastik, mendaur ulang sampah, gaya-gaya lifestyle yang minim sampah seperti perilaku 2R”, populasi milenial saat ini cukup signifikan dengan gaya hidup yang cepat beradaptasi misalnya tren minum di coffe shop tidak menggunakan sedotan plastik di berbagai kafe di kota besar, seperti Jakarta, sudah banyak yang tidak menyediakan sedotan, kantong plastik.

 

 

Mereka adalah pewaris negeri di masa mendatang dengan gaya hidup seperti itu mereka akan menikmati masa depan yang lebih baik tentunya, kultur seperti ini sangat penting berdampak 20 atau 30 tahun mendatang, masalah sampah sudah menjadi keharusan semua pihak untuk mulai menguranginya, saya mendukung gerakan pro-lingkung, lingungan yang bersih itu enak dilihat dan sehat. Mungkin diluar sana masih ada yang berprilaku kurang pro-lingkungan walaupun dimedia sosial menggelorakan semangat pro-lingungan itu kepedualian dari diri sendiri.

 

 

Jadi pada dasarnya, milenial sama seperti generasi lainnya pada usia mereka hanya sedikit berbeda lebih global mungkin lebih beragam, lebih progresif, miskin pastinya. Tapi apakah mereka kelompok monster yang unik yang pantas dibenci ? saya tidak yakin, yang terbaik mengajak mereka dan mari menciptakan lingkungan bersih dan sehat

 

 

Daftar pustaka

Amanda Ruggeri. (2017). What everyone gets wrong about ‘millennial snowflakes’. BBC Capital. December 21.


0 Comments