Perilaku adaptasi orang yang tinggal di lingkungan kumuh
Oleh : Muhammad Nur Sidiq
2018011142
Dosen : Arundati Shinta
Impian bagi kebanyakan masyarakat di desa adalah merantau ke kota-kota besar, karena lahan pekerjaan yang terbatas dan himpitan ekonomi yang mengharuskan mereka mengadu nasib di daerah yang sangat jauh berbeda dari desa, mencari kehidupan baru untuk mengangkat derajat keluarga yang ada di desa agar menjadi orang yang lebih mapan dan sukses, namun ironi tidak sedikit pula yang menjadi terlantar dan kerja secara serabutan, bahkan berbeda 180 derajat dari apa yang mereka bayangkan saat masih berada di desa, dan mereka yang datang ke kota-kota besar seperti mencari suaka yang baru di sebut dengan kaum urban.
Bagi mereka kehidupan keras di kota bukan merupakan suatu masalah yang besar, membangun rumah di bantaran kali, atau di pinggir rel kereta api, dan ada juga yang di bawah jembatan jalan layang, bagaimanapun bentuknya yang terpenting dapat menghindarkan dari kedinginan dan kehujanan itu sudah sangat cukup. Mereka memilih tempat seperti itu bukan tanpa alasan tetapi karena tidak ada biaya sewa ataupun biaya untuk membeli tanah maka apapun akan di lakukan, dan membangun rumah dengan sangat sederhana, ada yang tidak permanen dan juga semi permanen.
Kurangnya perhatian dari pemerintah untuk mengedukasi ataupun memberikan tempat yang layak pun menjadi suatu pekerjaan rumah bagi kita semua, dan pandangan negatif dari orang-orang elit yang ada di kota pun sering sekali terjadi, bahwa masyarakat yang tinggal di daerah kumuh merupakan suatu hal yang sangat mengganggu sekali, mereka menyalahkan orang-orang yang setiap tahunnya berdatangan ke kota untuk mengadu nasib, namun semua orang memiliki masalahnya sendiri termasuk masyarakat di dareah kumuh, kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh serabutan, ada juga yang sebagai pemulung, dan anak-anak mereka banyak yang menjadi pengamen di terminal maupun di jalanan.
Mereka sudah beradaptasi dengan kehidupan di daerah pemukiman kumuh, setiap pagi mencium baunya sungai yang tercemar, dan sampah pun berada dimana-mana, dalam ilmu psikologi seseorang akan sulit beradaptasi dengan lingkungan barunya, apalagi di tempat kumuh, namun kehidupan mereka sudah di mulai dari puluhan tahun yang lalu, awal kakek dan nenek mereka merantau, sehingga keturunan mereka dari anak hingga cucu sudah dari kecil berada di sana, dan pastinya terbiasa dengan keadaan di sana, dan secara turun temurun ke anak cucu mereka selanjutnya, sehingga mereka yang lahir di daerah kumuh terseebut sudah merasa bahwa tanah itu merupakan tanah kelahiran mereka, dan orang yang sudah tinggal di sana pun sudah betah berada di sana, sering ada penggusuran tempat-tempat kumuh namun mereka bersikeras untuk mempertahankannya walaupun mereka sudah di beri uang pengganti atau rusun namun mereka menolak dengan alasan tidak kuat untuk membayar uang sewanya.
Hal ini pun merupakann pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mencarikan solusi yang terbaik agar mereka dapat menjalani hidup dengan layak, serta bantaran kali dan tempat-tempat kumuh tersebut dapat di bersihkan dan di rapikan agar sungai yang sudah tercemar tersebut setidaknya tidak tambah tercemar dan itu merupakan salah satu kepedulian lingkungan kita. Karena kebanyakan masyarakat yang tinggal di daerah kumuh pasti membuang sampahnya di sungai, dan sungai-sungai di kota-kota besar di Indonesia kebanyakan sudah tercemar, maka dari itu sudah kewajiban kita untuk memberikan perhatian lebih kepada kaum urban. Bagi masyarakat di daerah pedesaan pun di harapkan untuk memikirkan ulang jika akan merantau ke kota besar, harus memiliki tujuan yang jelas dan kalau bisa membangun desa mereka agar menjadi lebih maju, bukannya menetap di kota dan meninggalkan tanah kelahirannya selamanya, karena banyak orang yang sudah sukses maupun yang tidak mereka memilih untuk menetap dan tidak kembali lagi ke desa.
0 Comments