Kincir Air: Solusi Kekeringan Bagi Petani

 

Ujian Tengah Semester Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Dosen Pengampu : Arundati Shinta

Oleh : Muthi’ah Muliana/2018011096/Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Kincir Air di Dusun Gedongan

Air menjadi sumber daya pokok bagi para petani yang digunakan untuk menunjang berlangsungnya kegiatan perikanan dan pertanian. Di Indonesia, pertanian adalah salah satu sektor kunci perekonomian Indonesia. Pada tahun 2019, Indonesia memiliki lahan sawah seluas 7.463.948 Ha (Setjen Kementan, 2020). Beruntungnya Indonesia terletak di daerah tropis, sehingga mengalami hujan lebat dan sinar matahari hampir sepanjang waktu. Namun tentu saja ada waktu dimana terjadinya musim kemarau, yang biasanya para petani akan kesulitan mendapatkan air untuk mengairi lahannya. Ketika musim kemarau tiba, para petani harus memutar otak agar sawahnya tetap dapat teraliri air dan tidak menyebabkan gagal panen. Kementrian Pertanian mencatat, luas lahan gagal panen akibat kekeringan periode Januari-Juli 2019 mencapai 31.000 Ha, dan daerah yang mengalami gagal panen terbesar yaitu Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT (CNN Indonesia, 2019).

Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang mengalami gagal panen yang diakibatkan oleh kekeringan/kurangnya air untuk pengairan sawah. Salah satu daerah di Jawa Tengah yaitu Dusun Gedongan, Desa Bondowoso, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Di dusun ini masyarakat khususnya petani mengaku sering mengalami kekeringan, padahal terdapat aliran sungai yang menjadi sumber air bagi daerah tersebut, sungai tersebut adalah Sungai Gending. Banyaknya keluhan petani tentang kekeringan, munculah gagasan/ide untuk membuat metode irigasi memenggunakan pengairan berbasis kearifan lokal berupa pembuatan kincir air yang terbuat dari bambu dan papan kayu. Kincir air tradisional tersebut bertugas untuk mengalirkan air dari sungai gending ke area persawahan disekitar sungai. Air dari aliran sungai Gending tersebut kemudian disalurkan menggunakan bambu yang dibelah, menuju lahan sawah ataupun kolam ikan.

Kincir air yang berbahan dasar bambu ini tentunya sangat membantu perairan lahan sawah para petani di Dusun Gedongan pada saat musim kemarau. Salah satu petani di Dusun Gedongan juga menyampaikan bahwa meskipun musim kemarau tiba, para petani tetap bisa panen dari lahan seluas 2.000 meter persegi dan menghasilkan kurang lebih 5 kuintal gabah kering (Mahmudah, 2015). Bahan dasar kincir air tersebut juga tentunya mudah didapatkan, karena bambu banyak tumbuh di Dusun Gedongan, dan pastinya tidak memerlukan biaya yang mahal karena tidak membutuhkan bahan bakar. Di sepanjang aliran Sungai Gending, tidak hanya dibuat satu kincir air saja, tetapi terdapat beberapa kincir air, dan kincir air yang dibuat tersebut tidak hanya untuk keperluan irigasi pertanian saja tapi juga untuk perikanan.

 

Daftar Pustaka

CNN Indonesia. (2019, Agustus 13). Luas Lahan Gagal Panen Naik Jadi 31.000 Hektare per Juli. Retrieved April 5, 2021, from https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190813102433-92-420791/luas-lahan-gagal-panen-naik-jadi-31000-hektare-per-juli

Mahmudah. (2015). Kincir Air Putar Roda Ekonomi Petani Gedongan, Retrieved April 5, 2021, from https://jateng.antaranews.com/berita/129053/kincir-air-putar-roda-ekonomi-petani-gedongan

Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian. (2020). Statistik Lahan Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian.

Penulis

 

0 Comments