ADAPTASI PARA MAHASISWA RANTAU

 Tugas Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Dosen Pengampu: Arundati Shinta

Agung Tri Hatmojo
2018011114

Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta






            Menuntut ilmu di daerah yang jauh dari tempat tinggal dan asing bagi kita adalah hal yang biasa bagi mahasiswa rantau. Mereka merantau ke daerah yang dituju guna menuntut ilmu yang mungkin saja tidak dapat diperoleh dari lingkungan sebelumnya. Seperti contoh di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ini, terdapat kurang lebih 13.735 orang mahasiswa yang didalamnya termasuk mahasiswa rantauan dari seluruh nusantara. Banyak dari mereka yang datang ke Jogja dengan alasan menuntut ilmu dan tertarik dengan suasana lingkungan di Jogja yang dirasa aman dan nyaman untuk mecari ilmu juga biaya hidup yang ringan membuat siapa saja betah di daerah ini. Kebanyakan dari mereka memperoleh informasi melalui media maupun cerita dari orang orang bahwasannya daerah tersebut (Jogja) sangatlah cocok untuk beragam suku, etnis yang menetap, tanpa rasa khawatir akan adanya hal hal buruk. Mereka percaya bahwa lingkungan di Jogja sangat positif hal itu bisa tercerminkan dari perilaku masyarakatnya yang lemah lembut, sopan, menjunjung tinggi toleransi, ramah belum lagi mereka juga “terstigma” bahwa masyarakat Jogja itu terpelajar mengingat banyaknya sekolah maupun kampus kampus yang ada di Jogja ini. Dengan kondisi tersebut banyak orang yang berkeinginan melanjutkan pendidikannya di daerah ini.

            Permasalahan muncul ketika para perantau baru datang pertama kali ke daerah ini yaitu berupa adaptasi. Menurut Kim (Martin dan Nakayama, 2003: 277) adaptasi adalah proses menyesuaikan diri dan akhirnya merasa nyaman dengan lingkungan yang baru.  Setiap orang pasti beradaptasi dengan lingkungan barunya jika ia berpindah dari suatu lingkungan ke lingkungan lainnya. Maka dari itu banyak mahasiswa yang merasakan hal serupa berupa perbedaan budaya yang terasa dari satu daerah dengan daerah lain belum lagi kondisi lingkungan yang berbeda selama menetap menjadi suatu faktor untuk mahasiswa melakukan adaptasi. Seperti contoh ada mahasiswa yang bersuku batak dari daerah Sumatera Utara menetap di Yogyakarta sebagai mahasiswa di suatu perguruan tinggi. Banyak perbedaan budaya diantara daerah  tersebut, kalau di daerah Sumatera Utara banyak orang berbicara dengan nada yang keras adalah suatu hal yang lumrah, berbeda dengan di Jogja bahwasannya kalau berbicara dengan nada keras itu kurang sopan. Sebaliknya jika ada orang Jogja merantau ke daerah Sumatera Utara maka harus bisa beradaptasi. Hal hal kecil seperti itulah yang dapat dipelajari dari para mahasiswa rantau agar mereka dapat diterima dan membaur dalam masyarakat lokal setempat.

          Dari proses adaptasi tersebut juga dapat memberikan dampak yang memengaruhi prestasi akademik mahasiswa rantau tersebut. Jika mahasiswa tersebut dapat melakukan adaptasi dengan baik dan cepat, mahasiswa tersebut akan merasa ada suatu kenyamanan untuk menimba ilmu didaerah tersebut dan penyerapan ilmu tersebut akan lebih optimal. Berbanding terbalik jika mahasiswa tersebut lamban dan kesulitan beradaptasi, mahasiswa tersebut secara tidak langsung akan kurang merasa nyaman sehingga akan mempengaruhi nilai akademis mahasiswa tersebut. Selain dari individu itu sendiri, ada juga pengaruh dari lingkungan tempat ia menetap. Jika lingkungan tersebut dirasa mendukung seperti bersih, banyak akses yang memudahkan mahasiswa dalam menjalankan berbagai kegiatan, circle yang positif, maupun faktor pendukung lain yang mendukung akan membantu mahasiswa tersebut mencapai apa yang diinginkan. Sebaliknya jika lingkungan tempat menetapnya negatif secara tidak langsung akan mempengaruhi mahasiswa tersebut dalam mencapai tujuannya.



Daftar Pustaka

Martin, Judith N. dan Thomas K. Nakayama. (2008). Experiencing Intercultural Communication ……………………..(3rded.). New York: McGraw-Hill.




Foto: Penulis



0 Comments