2040 milenial enggan bertani
abu masroh
2018011141
setelah banyak mendapat tekanan dan cercaan terkait rencana impor beras, preside jokowi beberapa akhir lalu akhirnya mengambil keputusan untuk menunda impor beras sampai juni. kebijakan yang seolah pemerinta seperti berusaha memahami aspirasi masyarakat, dan kemudian mengambil kebijakan yang sesuay dengan aspirasi tersebut.
memang ada yang mengganjal dari pernyataan presiden jokowi tersebut. seperti pernyataan yang dilontarkan oleh mantan mentri KKP susi pujiastuti. kenapa hanya sampai juni? bagaimana dengan juli. dan bulan-bulan seterusnya?
Tapi saya tidak membahas masalah tersebut. kali ini saya menguraikan problem pertanian yang terbesar : kebijakan ketahanan pangan yang selalu menjadi andalan pemerintah. kebijakan pemerintah dari presiden ke presiden berikutnya, yang terus berlangsung hingga membuat sebuat presiksi mengerikan 2040 indonesia tidak lagi memiliki petani
Argumen petani bukan profesi masa depan.
sektor pertanian tidak pernah menjadi prioritas. pernyataan ini bahkan sudah menjadi ucapan klise. namun tak banyak yang benar-benar menyelaminya. meski presiden soekarni mendasarkan ideologinya dengan seorang petani: Marhanisme, dia tetap gagal membangkitkan prestasi dan kesejahteraan petani dan kesejahteraan petani. soekarni lebih disubukan dengan pertarungan politik dalam luar negri.
ketika orde baru berkuasa, soeharto mengumumkan sebuah kebijakan yang menjadi dasar kebijakan pangan yang bertahan hingga kini, KETAHANAN PANGAN. orde baru punya setrategi sederhana dalam memulai fase berkuasanya. yaitu memberi rakyat makan dulu. kalau sudah kenyamg, tentu tidak akan macem-macem.
meskii pernah tercatat swasembada pangan, namun pada dasarnya orde baru lebih mementingkan ketahanan pangan, bukan kemandirian dan kedaulatan pangan. untuk itu petani boleh dibilang dimiskinkan agar rakyat indonesia yang penghasilannya pas-pasan bisa membeli beras.
lalu apa bedanya antara ketahanan pangan dan kemandirian pangan ? .
ketahanan pangan selalu mengutamakan penyediaan pangan untuk mencukupi penyedian pangan untuk mencukupi dalam waktu tertentu. tak peduli dari mana, asal pangan diperoleh. jika terjadi kekurangan pangan, misalnya gara-gara petani gagal panen bisa saja terkena serangan hama, banjir, atau perubahan musim. tentu menjadi kelangkaan barang
petani indonesia mendapat keuntungan dari kenaikan harga naik, tetapi harga naik tidak akan pernah terjadi di rezim pemerintah yang menjadikan ketahanan pangan sebagai doktrin utama. yang pada dasarnya adalah kesetabilan politik yang di tuju, sebab kebijakan ketahanan pangan tidak berbasis kemandirian di dalam negri.
denagan hal seperti ini, maka wajar jiika massyarakat indonesiam berkesimpulan bahwa pertanian bukan profesi yang menjaminkan untuk masa depan.
data dari badan penyuluhan dan pengembangan SDM, pertanian mencatat jumlah petani muda yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang. atau sekitar delapan persen dari total petani yang berjumlah 33,4 juta orang. ini turun jauh dari 3,2 juta petani muda pada 218 lalu.
bukan hal yang mengejutkan lagi. apalagi data yang dilansir dari institut pengembangan ekonomi dan keuangan, menyebutkan pendapatan petani indonesia pada 20017 hanya 1 juta perbulan. masih kalah jauh dibandingkan rata-rata UMR terendah manapun.
apalagi jika kamu mempunyai teman yang keluarganya mempunyai latar belakang sebagai petani, coba ajah kamu nanya ke orang tuanya yang memiliki profesi sebagi petani, Pa anaknya kenapa disekolahin di kota-kota besar, Pasti orang tuanya menjawab , ya biar menjadi orang sukses tida seperti ayahnya. hal ini sudah menguatkan sebuah opini saya bahwasanya petani sudah tak dilirik lagi sebagai profesi yang menjanjikan.
atau soal distribuisi pupuk yang tak pernah kunjung terselesaykan, selama bertahun-tahun atau jalur pembelian dan distribusi yang nyaris dikuasai oleh para tengkulak. tanyakan kepada peternak maupun petani. boleh melakukan olah teknologi sebaik apapun, menghasilkan produksi sebanyak dan sebagus apapun namun jika tengkulak tidak mau membeli, mau dikemanakan ?
dihadapan para tengkulak, petani dan peternak tidak berdaya sama sekali. nyaris tidak ada intervensi pemerintah untuk membuat jalur distribusi dan penjualan bagi para petani, atau membantu industri olahan hasil pertanian untuk menyerap hasil pertanian dengan harga lebih baik.
tak lagi heran jika ada prediksi yang menyebutkan tidak akan ada lagi orang indonesia mau jadi petani,
0 Comments