Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Menulis

Blogsite ini merupakan salah satu media untuk dosen, mahasiswa, civitas akademika, maupun masyarakat umum dalam mempublikasikan karya tulisannya. Semoga bermanfaat dan meningkat peminatnya. Salam, Sukses Selalu.

  • Home
  • Download
  • Social
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Contact Us
    

TUGAS ESSAY 3 PSIKOLOGI LINGKUNGAN SEMESTER GENAP 2020/2021

Dosen Pengampu: Arundati Shinta

Budi Setiawan / 2018011035

FAKULTAS PSIKOLOGI 

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA 

 


Foto: Budi Setiawan mempersiapkan kotoran sapi yang sudah kering untuk bahan pembuatan pupuk kompos


        Pada masa sekarang ini, banyak sekali para petani yang lebih memilih menggunakan pupuk kimia atau anorganik daripada pupuk organik atau kompos. Meskipun memiliki harga yang lebih mahal, para petani masih lebih memilih untuk menggunakan pupuk kimia. Selain itu pupuk kimia sangat mudah didapatkan di toko-toko pertanian di berbagai tempat. Kendati demikian, menggunakan pupuk kimia secara terus menerus akan mengakibatkan penurunan kesuburan pada tanah. Sedangkan apabila para petani lebih memilih menggunakan pupuk kompos maka kesuburan pada tanah akan meningkat.

        Disisi lain, para peternak hewan terutama sapi seringkali kebingungan untuk mengatasi kotoran yang dihasilkan oleh sapi yang semakin lama akan semakin banyak atau menumpuk. Kotoran sapi yang semakin menumpuk akan menimbulkan kesan yang tidak nyaman atau jijik baik dari peternak sendiri maupun orang lain yang melihatnya. Di musim penghujan, kotoran yang menumpuk dan terkena air hujan lama kelamaan juga akan menimbulkan bau yang tidak sedap.

        Maka dari itu, disini petani dan peternak hewan seyogyanya bisa menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan cara petani menggunakan kotoran hewan yang sudah di daur ulang oleh peternak menjadi pupuk kompos untuk digunakan sebagai pupuk di lahan pertanian mereka. Adapun dalam pembuatan pupuk kompos dari kotoran hewan terdiri dari berbagai komposisi dan cara-cara yang akan dibahas lebih lanjut. 

        Bahan-bahan pokok yang penulis gunakan dalam pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi antara lain kotoran sapi yang sudah kering 20Kg, bulir padi (gabah) hampa 10 kg. Sebelum proses pembuatan pupuk, terlebih dahulu penulis siapkan cairan yang terdiri dari air 20liter, effective Microorganisme 4 (EM4) 10ml dan molase (tetes tebu) 10ml yang dicampurkan dan diaduk. Kemudian Cairan tersebut didiamkan terlebih dahulu selama kurang lebih 12 jam. 


Selanjutnya adalah proses pembuatan pupuk kompos. Tahapan yang penulis lakukan antara lain:
1. Ratakan kotoran sapi di lahan yang sejuk dan tidak langsung terkena sinar matahari.
2. Taburkan bulir padi (gabah) hampa diatas kotoran sapi yang sudah diratakan. Taburkan secara merata.
3. Siramkan campuran cairan yang sebelumnya sudah dibuat secara merata.
4. Aduk bahan-bahan tersebut sampai benar-benar tercampur.
5. Apabila bahan-bahan tadi masih kering (kurang basah) tambahkan air secukupnya dan atur kelembaban bahan tersebut. Ciri kelembaban yang baik adalah apabila bahan kompos digenggam akan menggumpal (tidak pecah) dan tidak ada tetesan air.
6. Setelah kelembaban diatur dengan baik, bahan kompos diaduk kembali dan diatur agar bisa ditutup menggunakan terpal.
7. Diamkan selama 3 hari. Di hari ke 3 bahan kompos terasa panas saat dipegang yang berarti telah terjadi proses pengomposan.
8. Selanjutnya setiap 1 minggu sekali kita aduk bahan-bahan tersebut dan kembali tutup dengan terpal. Lakukan hal ini sebanyak 2 kali.
9. Pada minggu ke 3 kompos sudah jadi yang ditandai dengan kompos yang tidak lagi panas dan tidak berbau menyengat.

      Penulis yang hidup di lingkungan pedesaan dan memiliki hewan ternak sapi mencoba memanfaatkan bahan-bahan yang terlihat tidak berguna tersebut menjadi suatu bahan yang berguna. Pupuk kompos yang sudah penulis buat, digunakan untuk menyuburkan tanaman-tanaman yang ada di taman samping rumah penulis. Selain itu penulis juga mencoba menjaga kesuburan tanah dengan lebih menggunakan pupuk kompos dibandingkan dengan pupuk kimia/anorganik. 


Daftar Pustaka

https://disnak.lebakkab.go.id/pembuatan-kompos-dari-kotoran-sapi/#:~:text=Kotoran%20sapi%20merupakan%20salah%20satu,daripada%20bahan%20pembenah%20buatan%2Fsintetis. Diakses pada tanggal 27 Mei 2021 pukul 11.23 WIB

https://mediaindonesia.com/nusantara/219967/pupuk-organik-kurang-diminati-petani Diakses pada tanggal 27 Mei 2021 pukul 11.16 WIB

https://petanidigital.id/em4/#:~:text=Em4%20adalah%20singkatan%20dari%20Effective,dan%20bermanfaat%20bagi%20pertumbuhan%20tanaman. Diakses pada tanggal 27 Mei 2021 pukul 11.37 WIB


 Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Essay 4 : Pengabdian

Dosen Pengampu : Arundati Shinta

Zukhruf Kalyana Mukti

2018011112

Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Yogyakarta


Gambar: Kal

Saya mencoba membuat pupuk kompos dengan bahan dasar sampah dapur sendiri untuk pertama kalinya. Saya tidak mengetahui tata cara pembuatannya, sehingga saya mencarinya di internet. sayangnya karena banyak cara yang berbeda dan beberapa hal tidak sesuai dengan kondisi saya, akhirnya saya memutuskan bertanya ke tetangga saja.

Saat ini saya berdomisili di Rowokele, Kebumen. Tanah di sekitar rumah saya (menurut saya) tidak bisa dikatakan humus. Tanahnya amat kering bahkan hingga retak-retak. Saat dicangkul sangat keras sehingga menyulitkan. Saya jadi ingat, saking keringnya, saat kecil saya bermain 'penjual-pembeli cokelat' dengan sepupu saya, karena retakan tanah tersebut mirip cokelat batangan haha.

Gambar: Kal

Tetangga saya mengatakan bahwa pembuatannya harus berlapis-lapis, dan menggunakan daun segar (bukan kering, ternyata) yang tipis dan mudah membusuk. tentu saja karena menggunakan daun segar dan hijau pembusukannya akan lebih lama. Beliau membutuhkan waktu 3 bulan untuk membuatnya. Jika ingin cepat sebenarnya bisa menggunakan EM4, sayangnya tempat saya cukup terpencil untuk mencari bahan-bahan kimia tersebut.

Setelah mendapat kiat-kiat dari tetangga, saya mulai mencangkul tanah kering tersebut. Setelah selesai mencangkul, saya menaburkan air pada tanah tersebut dengan tujuan agar lebih gembur. Setelah melunak, saya mencangkulnya kembali.

Sampah dapur yang saya bawa tak banyak, karena rencananya saya hanya ingin membuat pupuk satu wadah pot ukuran besar. Tanah yang sulit didapatkan juga menjadi salah satu penyebabnya. Sampah makanan yang saya miliki antara lain teh, buah-buah busuk, bolu kedarluarsa dan sisa-sisa hasil masakan.

Gambar: Kal


Yang pertama saya lakukan adalah memasukkan tanah hingga 3cm yang sudah disiram air, lalu sampah dapur kemudian ditimbuni daun-daun . Saya memakai daun ubi yang ada di sekitar rumah. lalu saya kembali menimbun dengan tanah kemudian dilapisi dedaunan dan yang terakhir adalah tanah lagi. Setelah dirasa cukup, saya membawanya ke belakang lalu menutupnya dengan papan kayu.

Konon, dalam proses pembusukannya pupuk ini tidak boleh kena air saat hujan ataupun kena sinar matahari saat siang, sehingga lumayan ribet dan harus telaten. Jika saya kira-kira, cikal bakal pupuk tersebut beratnya 3kg, semoga saja berhasil, aamiin hihi. Seperti yang tetangga saya bilang, ketika menggunakan daun segar maka proses pembusukannya lebih lama, yakni membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Namun, bukankah semakin busuk akan semakin baik pupuknya? hihi

Gambar: Kal








Zukhruf Kalyana M


Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Essay 4 : Pengabdian

Dosen Pengampu : Arundati Shinta

Zukhruf Kalyana Mukti

2018011112

Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Yogyakarta


Gambar: Kal

     Sampai saat ini sampah plastik masih menjadi musuh lingkungan, terlebih lagi ekosistem lingkungan. Menurut Lestari (2020) hanya terdapat 5%  dari sampah plastik yang di daur ulang dengan efektif, sementara 40% berakhir di Tempat Pembuangan Akhir dan sayangnya, sisanya berakhir di ekosistem lingkungan seperti laut. Sekalipun sampah plastik sudah masuk dalam lautan, sampah plastik tetap sulit terurai dan membahayakan biota laut. Dalam Krisyanti (2020) mengungkapkan bahwa penguraian sampah plastik menjadi partikel kecil dibutuhkan waktu hingga ratusan tahun, sehingga sampah plastik dianggap berbahaya dan berpotensi menyebabkan pencemaran di tanah, air maupun udara.  Tentu saja ini merusak lingkungan dan makhlik hidup dalam ekosistem tersebut, sehingga diperlukan tindakan pencegahan. Kita perlu mengurangi penggunaan plastik dan melakukan pemanfaatan kembali, contohnya melakukan penggunaan kembali ataupun daur ulang sehingga plastik bekas yang digunakan tidak mencemari lingkungan.

Gambar: Kal

Melihat banyaknya sampah plastik dalam kegiatan sehari-hari, saya dan teman-teman yang sedang mengabdi di sebuah sekolah dasar pun bersepakat untuk mengajak adik-adik siswa untuk belajar memanfaatkan kembali sampah plastik. Sampah plastik yang akan kami gunakan adalah botol dan gelas bekas. Meskipun hanya sedikit yang berniat ikut, kami senang masih ada beberapa siswa yang memiliki niat untuk belajar bersama membuat prakarya dari barang bekas.

 

Gambar : Kal

Melihat kondisi taman sekolah yang tidak terlalu rapih, kami bersepakat mengajadakan program kerja dekorasi sekolah. Dalam pendekoran, barang-barang yang digunakan adalah hasil prakarya barang-barang bekas dari siswa. Kali ini kami akan merapihkan taman dengan memindahkan tanaman-tanaman kedalam pot. Pot inilah yang akan dibuat oleh siswa, yaitu pot yang berasal dari botol dan gelas plastik.

Dalam pembuatan pot bunga, kami melakukannya secara bertahap.



Tahap pertama adalah pengumpulan botol ataupun gelas plastik bekas yang ada dirumah masing-masing siswa. Botol-botol dan gelas bekas yang sudah ada kemudian dicuci bersama lalu dijemur. Setelah di jemur, botol kemudian digunting sesuai kebutuhan dan kemudian dicat oleh adik-adik dengan memanfaatkan imajinasi mereka sehingga menimbulkan banyak corak dan motif lucu.

Minggu berikutnya kami membolongi botol-botol yang dicat. Kami juga mengguntingnya sesuai pola, agar pot memiiki berbagai macam bentuk. Kami hendak membuat dua macam pot yakni pot gantung dan pot untuk di meja. Awalnya kami khawatir membiarkan adik-adik memegang gunting ataupun memakai lem tembak karena jika tidak berhati-hati tangan mereka akan terluka.

Gambar : Kal


Dan benar saja dugaan saya, beberapa kali mereka mengeluh tangannya terbakar terkena api (ada yang membakarnya dengan lilin),  terkena panasnya lem tembak, tertusuk gunting dan lainnya. Alhamdulillah,  meskipun begitu mereka tidak berhenti dan tetap melanjutkannya. Bahkan mereka lebih berhati-hati pada tahap selanjutnya.

Memang benar ya, guru yang paling baik adalah pengalaman hihihi.

Sebagai tambahan, kami tidak hanya mengecat botol dan gelas, namun juga batu untuk menghias taman. Saya rasa adik-adik senang bermain warna dan mengkreasikan atau mencoba-coba berbagai campuran warna.

Setelah semua sudah siap, kami mencabuti rumput liar dan mulai memasukkan tanah, sekam kedalam pot. Lalu kami juga memasukkan tanaman yang sebelumnya sudah disiapkan dengan hati-hati. Setelah memastikan bahwa tanaman dapat berdiri kuat dan tegak di dalam pot baru tersebut, kami menggantungnya di tembok yang sebelumnya sudah dipaku. Untuk pot tanpa gantungan, kami beri air di dalamnya lalu dimasukkan tanaman. Setiap pagi ataupun sore tanaman tersebut rajin disirami sehingga tampak cantik dan terawat.

Ini adalah bukti bahwa sampah yang tidak bernilai pun akan memiliki manfaat jika kita mau memodifikasinya.

 


 DAFTAR PUSTAKA

Krisyanti, dkk. 2020. Pengaruh Kampanye #pantangplastik Terhadap Sikap Ramah Lingkungan (Survei pada Pengikut Instagram @GreenPeaceID). Jurnal Komunika. Vol.9 No.1. Jakarta: FISIP Universitas Veteran Jakarta.

Lestari, Putri Winda dkk. 2020. Edukasi “Minim Plastik” sebagai Wujud Cinta Lingkungan di SDN Pejaten Timur 20 Pagi. Jurnal Pengabdian Masyarakat. No. 16 Vo.1. Jakarta Timur: Universitas Binawan.


Zukhruf Kalyana M


 

Tugas Tambahan Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Dosen Pengampu : Arundati Shinta

Oleh : Muthi’ah Muliana/2018011096/Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa


Beberapa Anak dan Pengajar di TPA Assalaam

            Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai cahaya yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan, serta sebagai salah satu rahmat yang tiada tara (Ariani & Realita, 2015). Pendidikan Al-Qur’an seharusnya sudah dikenalkan kepada anak sejak mereka kecil, karena Al-Qur’an lah yang akan membimbing kehidupan seseorang kelak. Saat ini, tidak sulit menemukan tempat untuk belajar Al-Qur’an, salah satunya di TPA atau Taman Pendidikan Al-Qur’an.

            TPA atau Taman Pendidikan Al-Qur’an adalah kelompok masyarakat atau lembaga yang menyelenggarakan pendidikan nonfromal yang berfokus pada keagamaan islam dan bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Al-Qur’an sejak dini (Wulan, dkk, 2018). Di Kabupaten Bantul, hingga 2020 tercatat ada 1.439 unit taman pendidikan Al-Qur’an (Bappeda DIY, 2020), dan salah satunya adalah TPA tempat saja mengajar yaitu Taman Pendidikan Al-Qur’an Assalaam Ngijo-Jombor.

            Sebagai seorang mahasiswa, tentunya saya ikut berpartisipasi dalam mengajar anak-anak di TPA yang berada disekitar tempat tinggal saya. Saya sudah bergabung di TPA Assalaam sejak usia 4 tahun sebagai murid. Dan sampai saat ini saya masih menjadi bagian dari TPA Assalaam sebagai pengajar. Tidak mudah perjalanan menjadi seorang pengajar, pada saat usia 11 tahun saya harus mengikuti ujian agar bisa wisuda tingkat Kabupaten Bantul, lalu setelah itu baru menjadi asisten pengajar saat usia 12 tahun. Lalu setelah 4 tahun, saya mulai menjadi pengajar saat usia 16 tahun sampai sekarang dan baru mendapatkan sertifikat mengajar pada saat usia 19 tahun melalui ujian syahadah 1 (S1).

            Ketika hari-hari biasa, TPA akan dilaksanakan 3x dalam seminggu setiap hari Rabu, Sabtu dan Minggu, sedangkan ketika bulan Ramadhan, TPA dilaksanakan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan pada saat TPA berlangsung yaitu memberikan beberapa materi dan menyimak anak membaca Iqra’. Di TPA Assalaam tempat saya mengajar, ada kurang lebih 100 anak, namun yang aktif biasanya sekitar 50-70 anak, dan memiliki 12 pengajar. 

             Selama bulan Ramadhan, kegiatan yang dilakukan tidak jauh berbeda, hanya saja ditambah dengan adanya pembagian takjil dan berbuka bersama. Pembagian takjil tidak serta merta membagi makanan dan minuman untuk berbuka saja, akan tetapi sekaligus mengajarkan kepada  anak-anak TPA untuk disiplin. Misalnya mengembalikan gelas pada tempatnya dan membuang sampahnya masing-masing. Setelah itu saya memilah-milah sampah yang bisa dibawa ke bank sampah seperti kardus yang digunakan untuk mengangkut makanan dan box bungkus makanan. Saya sudah melakukan tugas ini sejak 2 tahun yang lalu tepatnya Ramadhan 1440 H. Saya melakukan hal tersebut atas inisiatif sendiri karena di dusun saya ada bank sampah sehingga saya memanfaatkan bank sampah tersebut dan supaya sampahnya tidak terlalu menumpuk yang akhhirnya menyebabkan bau.

 

Daftar Pustaka

Ariani, Safrina., & Realita. (2015). Program Bengkel Mengaji (Upaya Peningkatan Kemampuan Tahsin Al-Qur’an Mahasiswa PAI). Jurnal Mudarrisuna, 5(1).

Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta. (2020). Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan. Yogyakarta: Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta. http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_utama

Wulan, Sri., Pratiwi, Diah Ayu., & Susanti, Ari Indra. (2018). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Membiasakan Mengaji di TPA Ash-Sholihin RW 03Cipacing, Jatinangor. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2).

Penulis

 


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

UST MENULIS

UST MENULIS

ABOUT ME

Blogsite ini merupakan salah satu media untuk dosen, mahasiswa, civitas akademika, maupun masyarakat umum dalam mempublikasikan karya tulisannya. Semoga bermanfaat dan meningkat peminatnya. Salam, Sukses Selalu.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Subscribe Us

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post

KEPIMPINAN NICCOLO MACHIAVELLI

  UJIAN AKHIR PSIKOLOGI SOSIAL 2 SEMESTER GANJIL 2022/2023 DOSEN PENGAMPU : Arundati Shinta ARSENIUS REINHART SUROS 2021011094    ...

Labels

  • 2016011126 1
  • 2017011165 7
  • 2018011173 3
  • 2021011004 Erwin Prabowo 2
  • 2021011048 Aprilia Nita Ningrum 3
  • 2021011049 nuril latifatuz zahroh 2
  • 2021011055 Rahmad Alam 4
  • 2021011062 steven aldodi stevano 4
  • 2021011080 Widyaningrum Pramesti 5
  • 2021011101 Muhammad Angga Pratama Putra 5
  • Abdul Basith 2017011150 6
  • abu masroh 1
  • Agung Tri 5
  • Ahmad Ramadhan Ginting 2021011103 4
  • Alda Azahra'2021011036 5
  • Amaru Nuki (2019011007) 1
  • ANNISA MIFTAH KHAIRUL 'AUNI 2019011003 3
  • ANNISA MIFTAH KHAIRUL "AUNI 2019011003 4
  • Arundati Shinta 2
  • Before and After 1
  • berbagi rezeki 1
  • berkebun 1
  • Christian Kevin Adiyatma Rasendriya 2019011006 2
  • cinta lingkungan 1
  • Clara Selu 1
  • Damar Syifa Rahmanto AJi 2019011089 6
  • Dea Verananda Siallagan (2021011082) 3
  • Deajeng Grendista (2019011065) 6
  • Devi nova priyanti (2019011131) 5
  • Dyah Ayu Perwita Sari 2019011149 7
  • ekonomi sirkular 1
  • Fadila Perwitasari/2019011099 7
  • Fahmi Anwar 4
  • Faizal Aria Pamungkas 2018011109 Psikologi Lingkungan Paralel 5
  • generasi milenial 2
  • Inarotur Rizqiyah 1
  • Indrajat Syahru Ramadhan 201901111 5
  • insanul afdal nim 2018011147 5
  • Irhaz Sabila Ramdana (201901172) 6
  • Jesseica Ray 2019011082 1
  • Karunia Kalifah wijaya 7
  • Konita Ariakne (2018011068) 1
  • kucing jalanan 1
  • limbah makanan 1
  • maulana malik 2018011135 5
  • menjaga lingkungan 1
  • Muhammad Fauzan Ajun Pratama 5
  • Muhammad Fernanda Wijaya - 2019011125 7
  • Muhammad Maftuh (2021011077) 2
  • Muhammad Rizki apriyandi 2019011160 4
  • Muthi'ah Muliana/2018011096 6
  • Nabila Alfarabi - 2019011013 7
  • Nama : Alisha Septiani Karoror 3
  • Nurrokhman Danang Hadiwijoyo 6
  • Nurul Pratiwi Tahir_2019011088 3
  • Nurul Wafiqah Deu 3
  • pandemi covid 19 1
  • peluang usaha 2
  • Plogging 1
  • Prestasi 1
  • pro-lingkungan 1
  • Psikologi Lingkungan 29
  • Rizky Maulana Putra 5
  • Sampah 1
  • sampah rumah tangga 1
  • Sekolah Alam 1
  • street feeding 1
  • Theresia Windiya Pratama_2019011002 4
  • Theresia Windiya Pratama-2019011002 3
  • Tisa Eritantia 2019011173 7
  • UTS_Indrajat Syahru 1
  • Wahyuni Rahmawatul Hasanah 2018011079 3
  • Yuli Priansah 6
  • yusuf priyana 2019011119 1
  • Zukhruf Kalyana M 7

Arsip Blog

  • Desember 2022 (50)
  • November 2022 (5)
  • Oktober 2022 (72)
  • Juni 2022 (142)
  • Mei 2022 (25)
  • April 2022 (90)
  • Maret 2022 (72)
  • Februari 2022 (60)
  • Juni 2021 (71)
  • Mei 2021 (4)
  • April 2021 (87)
  • Maret 2021 (11)
  • Februari 2021 (1)

Ad Code

Responsive Advertisement

Popular Posts

  • STRATEGI PENERAPAN 3R (REUSE, REDUCE, DAN RECYCLE) DI LINGKUNGAN SEKOLAH
  • keindahan alam kedung pedut penggerak ekonomi
  • Peduli Lingkungan Sejak Dini
  • Kurangi Kantong Plastikmu Sayangi Bumimu

Total Tayangan Halaman

Translate

Ad Space

Responsive Advertisement

Cari Blog Ini

Langganan

Postingan
Atom
Postingan
Semua Komentar
Atom
Semua Komentar

Advertisement

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template